BAB - 15 - Kaluna

106 8 1
                                    

Bangun-bangun, aku menyadari jika semalaman aku tertidur di sofa. Apalagi kalau bukan karena Glo alasannya. Semalam setelah sibuk sendirian memasang tempat tidurku, dia malah tertidur di sana. Aku tidak enak jika harus membangunkannya saat dia terlihat sangat lelap. Ditandai dengan dengkurannya yang keras itu. Aku bahkan menyamarkannya dengan suara TV yang ku setel cukup keras. Tapi saat harus menunggunya bangun, malah membuatku ketiduran. Dan mungkin tak lama setelah itu dia bangun lalu akhirnya pergi karena seingat ku, aku mendengar pintu terbuka dan tertutup lagi.

Dan seperti biasa, aku akan terbangun pagi sekali jika itu adalah weekend. Padahal aku berharap bisa bangun siang sekali atau mungkin sore. Bangun-bangun langsung memesan makanan dan menjadi babi dengan bermalas-malasan seharian. Tapi nyatanya tidak pernah begitu. Selalu malas bangun pagi saat hari kerja tapi bangun pagi sekali saat di hari libur. Entah penyakit apa namanya ini.

Kakiku yang semalam terkena air panas nyatanya sudah cukup membaik. Hanya ada bekas kemerahan dan bengkaknya sudah hilang. Dan rasa-rasanya aku juga sudah bisa kembali bergerak normal. Terima kasih kepada sponsor salep dari Glo.

Berjalan ke sana ke mari untuk merasakan kakiku yang sudah seperti sedia kala, aku kemudian meraih vakum cleaner yang nyatanya belum pernah aku gunakan setelah pindah ke apartemen baru ini. Dengan rambut di ikat tinggi, aku bergerak membuka kulkas dan melahap brownies sisa kemarin. Selanjutnya bergerak membersihkan apartemen. Iya, entah dapat semangat dari mana, pokoknya hari ini tempat tinggal ku ini harus sedikit lebih bersih. Komentar Glo kemarin cukup menggangguku. Seolah dia adalah orang yang paling rapi di dunia. Cih. Bahkan aku ingat sekali bagaimana berantakannya kamarnya dulu. Ada banyak sekali sampah makanan yang memenuhi kolong tempat tidurnya. Hanya bisa bernafas lega jika semua jendela di kamarnya itu dibuka lebar.

Tapi baru beberapa belas menit, nyatanya tenagaku terkuras habis setelah memvakum semua lantai apartemen. Belum lagi menyusun isi kabinet kitchen set.

Hah...

Produktif di hari libur adalah hal yang cukup sulit aku jalani. Layaknya makan tahu isi tanpa cabe rawit, sulit.

Tahu isi?

Aku meletakkan vakum sembarangan dan meraih ponsel. Memesan tahu isi lewat aplikasi online dan menghabiskan beberapa menit untuk memilih gambar yang paling menarik.

Cireng?

Lumpia basah?

Air liur ku sudah berkali-kali ku telan sejak melihat berbagai macam gambar makanan itu. Baiklah, aku akan memesan apapun yang aku inginkan. Aku kemudian memilih merebahkan diri di atas sofa dengan teh kotak dingin sebagai time out. Sambil menatap ke luar pintu kaca  yang menampilkan langit yang sangat cerah, begitu saja aku ingin berenang.

Apa berenang dulu ya ke bawah baru lanjut bersih-bersih lagi?

Habis itu makan tahu isi, cireng dan lumpia basah.

Tapi, setelah berenang aku harus mandi.

Lupakan.

Berenang, coret.

Teh kotak habis sama dengan saatnya kembali bekerja. Aku bangkit dan merapikan isi cabinet kitchen set lalu memasukkan barang-barang yang belum aku rapikan ke salah satu kabinet dan menumpuk semuanya di sana. Aku lelah jika harus menyusun semuanya sekarang. Tak lupa menandai kabinet itu dengan plaster, tanda agar aku membukanya dengan hati-hati agar supaya tidak kejatuhan kalau-kalau aku lupa.

Helaan nafasku yang panjang terdengar seiring tubuh yang aku hempaskan lagi ke sofa sebagai berakhirnya bersih-bersih hari ini. Perutku mulai keroncongan karena baru diisi tiga potong brownies sejak tadi. Dan aku rasa tahu isi dan teman-temannya itu tidak akan membuatku kenyang. Maka, aku kembali meraih ponsel dan memesan makanan yang sebenarnya. Nasi goreng seafood dan dua puluh tusuk sate thaican.

Alive or Alone (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang