BAB - 34 - Gloryo

91 10 2
                                    

Hal pertama yang gue lakukan begitu tiba di apartemen Kaluna setelah membawa dua kantong besar belanjaannya adalah pergi ke toilet. Dan setelah keluar dari sana, gue hampir terpeleset karena kesetnya itu, lagi. Untung tadi gue inget buat beli anti selip yang kemudian gue keluarkan dari kantong belanjaan bersama beberapa kotak plaster yang juga gue beli.

Kaluna masih sibuk ganti baju waktu gue masang anti selip di bawah kesetnya dan memasukkan stok plester itu. Gue yakin dia nggak sadar dengan barang-barang yang gue beli saking sibuknya memilih coklat saat berada di kasir.

"Kenapa lo nggak bilang kalo resleting celana gue turun?" Tanyanya begitu keluar dari kamar dan sudah memakai kaos dan celana pendek.

"Ya kenapa jadi tanggung jawab gue sih merhatiin penampilan Lo?" Kata gue membuka sekaleng Coca-Cola yang sudah hangat dari kantong belanjaan.

Bibirnya udah miring sebelah saat menatap gue sebelum ikut meraih minuman yogurt nya dari dalam kantong belanjaan.

"Yogurt anget?" Gue eneg sendiri liat susu basi itu.

"Lo juga, Coca cola anget."  Balasnya sambil membuka tutup botol itu pake giginya.

Ya beda Maemunah!

Gue beralih rebahan di sofa sambil nyalain TV waktu Kaluna udah mulai sibuk dengan semua bahan masakannya.

"Lemon herb roasted potatoes. Kentang, madu, garam, parsley dan lada hitam. Oke." Suaranya terdengar saat membaca lewat HP nya.

"Glo, panasin oven dengan suhu 175 celcius."

Gue mengangkat kepala ke arahnya. "Kenapa gue lagi, sih?"

"Ya bantuin. Lo mau makan nggak? Ini gue nyiapin yang lain." Bla bla bla.

Gue buang nafas panjang waktu bangkit dari sofa itu untuk nyalain oven sesuai perintahnya.

"Lapisi wadah anti panas dengan alumunium foil. Lalu Panggang 30 menit." Lanjutnya membaca. "Alumunium foil nya mana ya?"

"Ya cari pake mata! Nyari pake mulut Lo."

Gue jadi ngomel mulu kalau udah deket dia.

"Chicken cordon blue. Ayam, daging asap keju-"

"Ya bikinnya satu-satu dulu." Kata gue setelah selesai nyetel oven. Ingetin gue kalau dia nggak bisa multi tasking. Kalau dia langsung bikin dua-duanya ujung-ujungnya gue juga yang dibawa repot.

Tai!

Tapi dia nggak menghiraukan gue dengan lanjut membaca. "Iris tipis dada ayam tapi jangan sampai putus. Pipihkan dengan pemukul daging, kasih garam dan lada, terus taruh daging asap di atas dada ayam bersama keju dan gulung. Lalu sematkan tusuk gigi."

Dia menoleh menatap gue. "Tadi kita udah beli tusuk gigi, kan?"

"Bodo!" Gue balik ke sofa dan menonton dengan nyaman.

Kaluna nggak lagi bersuara setelah beberapa belas menit kemudian. Gue yang kepo pun melirik dia yang ternyata lagi motong kentang. Gue jadi terus mengawasinya dengan pisau di tangannya itu karena gerakannya yang tidak meyakinkan sambil menegakan punggung agar bisa lebih leluasa melihat. Dan beberapa kali mulut gue terbuka dan tertutup lagi karenanya.

"Gue motong kentang perfectly sama gede." Dia mengangkat kepala lalu menatap gue sambil tersenyum.

"That's easy!" Kata gue yang membuat lubang hidungnya langsung mengembang.

Bebas dari pisau-pisauan setelah dia motong kentang dan ayam, barulah gue menonton lagi dengan nyaman. Tapi hanya beberapa menit karena setelah itu dia sibuk mukul-mukul daging ayam dan membuat seisi apartemen berisik.

Alive or Alone (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang