BAB - 51 - Kaluna

100 12 1
                                    

Yang aku tahu setelah kejadian di kantor shelter Glo itu adalah, dia yang harus pergi menjadi relawan rescue diver karena kejadian pesawat jatuh beberapa hari lalu. Dan sejak saat itu kami tidak bertemu. Dia juga sengaja mematikan ponselnya setelah memberi Mami kabar jika dia baik-baik saja dan harus fokus dengan apa yang sedang dia lakukan. Dan itu baru beberapa minggu saat akhirnya aku merasa ada yang hilang saat tak lagi melihatnya.

Aku pun tidak berniat mengiriminya pesan atau coba menghubunginya karena entahlah, di satu sisi ada hal yang seharusnya kami bahas tapi di sisi lain aku ingin kami sama-sama mengabaikannya saja.

Aku tidak mengerti apa yang aku rasakan setelah kejadian itu. Perasaan dan otakku campur aduk bahkan hingga sekarang. Aku terus memikirkan Glo meski tidak menginginkannya. Aku terus teringat apa yang sudah kami lakukan meski aku ingin menghapusnya dari ingatanku.

Aku pikir setelah sebelumnya kami melakukan hal yang sama, akan membuatnya lebih mudah untukku. Aku pikir aku akan baik-baik saja tapi ternyata aku mendapati diriku bingung.

Dan jujur saja, aku benci perasaan seperti ini karena aku selalu tahu apa yang aku inginkan.

Honestly, what the hell is going on?

"Menurut kamu, yang ini bagus nggak?"

Lamunanku buyar saat suara Mas Dave mengisi gendang telingaku. Kami tengah makan siang sekarang, dan sejak tadi Mas Dave membahas teman SMP nya waktu itu yang kini sudah jadi pacarnya. Raut wajahnya tampak berbeda belakangan ini karena hal itu. Terlihat lebih berseri-seri dari  yang pernah aku lihat.

"Yang ini bagus." Aku menunjuk gambar sebuah cincin yang tampak simple dengan batu berlian yang tidak terlalu besar. "Itu menurut aku. Tapi siapa tahu dia suka berlian yang lebih gede?"

Mas Dave tersenyum. "Kalau kamu suka, dia pasti juga suka kok. Dia mirip sama kamu soalnya."

Saat itu Mami menelpon mengatakan jika dia mengirim soto Betawi ke apartemen ku. Dan Mang Muki yang tersenyum muncul begitu aku membuka pintu membuat perasaanku tak senang. Bukannya tidak menghargai Mang Muki yang mau repot-repot mendatangiku, hanya saja, biasanya hanya Glo yang akan mengantar apapun ke apartemen ku dengan semua omelannya itu.

"Makasih ya Mang..."

"Sama-sama mbak." Mang Muki tersenyum lagi. Aku hendak bertanya tentang Glo tapi kemudian niat itu ku urungkan karena...

Kenapa aku harus bertanya?

Awalnya aku memang merasa ada yang hilang, ada yang kurang, hingga ada yang aneh di dalam diriku begitu tidak lagi melihat Glo. Tapi kemudian itu berjalan begitu saja. Saat aku mulai terbiasa saat tak lagi mendengar omelannya, saat kini Mang Muki atau Mang Cep yang mengantar kiriman dari Mami dan semuanya. Karena nyatanya waktu berlalu dan sudah hampir dua bulan lebih aku tidak bertemu dengan Glo.

Beruntung karena pekerjaan yang selalu membuatku sibuk hingga mudah mengalihkan perasaan yang tadinya membuatku bingung.

Tadinya aku sempat bertanya-tanya apa Glo sering melakukan hal ini kepada wanita lain atau hanya dia lakukan kepadaku?

You know what I mean. Ghosting.

Walaupun aku yakin kami tidak memiliki perasaan apapun untuk satu sama lain, tapi tetap saja. Setelah apa yang kami lakukan, dia mendadak menghilang. Ganesh bilang, proses evakuasi yang dilakukan Glo bersama relawan rescue diver lainnya sudah berakhir sejak beberapa Minggu mereka bekerja. Dan katanya, setelah itu Glo pergi ke Sri Lanka.

Kenapa dia tidak pulang dulu?

Sebenarnya apa yang ingin dia lakukan?

Kami bahkan pernah tidur bersama dan masih bersikap baik-baik saja.

Atau semua itu hanya caraku mencari alasan karena nyatanya aku merindukan Glo?

Tadinya semua pertanyaan itu ada di kepalaku. Tapi kemudian aku sadar jika aku tidak harus memusingkannya. Kalaupun mungkin aku merindukan Glo, lalu kenapa?  Itu pasti karena kami selalu bertemu dan berteman akrab. Begitulah aku menyimpulkan semuanya agar tidak bingung lagi. Beruntungnya aku berhasil karena kini aku baik-baik saja tanpa galau-galau tak jelas itu.

Sudah cukup lama rasanya aku tidak mampir ke rumah Mami karena kesibukan ku akhir-akhir ini. Aku bahkan masih bekerja di hari weekend. Tapi beruntung di hari Minggu itu aku memiliki waktu luang dan bisa datang karena undangan makan malam dari Mami.

"Nggak biasanya habis jadi relawan begitu Glo malah jalan-jalan ya Mam?" Kata Ganesh saat kami para perempuan sudah berada di meja makan. Papi tengah ada di Bali dan Mas Ludy -suaminya Ganesh, sedang ke Amerika untuk menghadiri sebuah event.

"Biasanya dia milih istirahat di rumah dulu." Timpal Mami setelahnya.

"Mana HP nya masih nggak aktif lagi. Kan aku mau nitip oleh-oleh." Ganesh mendengus.

"Dia masih di Sri Lanka?" Tanyaku kemudian.

"Kayaknya... Dua hari lalu dia ngirim Mami chat kan?"

Kepala Mami mengangguk pelan. "Masih di Srilanka, katanya."

Oh...

"Udah lama banget rasanya Glo nggak traveling lama-lama begini sejak Mami minta dia sering di rumah. Kalau dulu sih dia bahkan pernah nggak pulang 6 bulan ya Mam?"

Benarkah?

Jika begitu, aku tidak perlu mengkhawatirkan apa-apa, bukan?

Glo tidak menghindari ku karena alasannya sendiri atau karena memikirkan sesuatu setelah apa yang terjadi di antara kami. Dia hanya melakukan apa yang dia selalu lakukan.

Ya, itu terdengar bagus.

Karena nyatanya, aku sedang mengatur perasaanku agar tidak kemana-mana dan diam di tempatnya.

Dan jujur ku akui, Glo diam-diam terus merangkak di pikiranku.

Alive or Alone (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang