BAB - 52 - Gloryo

89 14 1
                                    

Proses evakuasi pesawat jatuh itu berjalan lancar saat gue dan relawan rescue lainnya menghabiskan waktu hampir satu bulan di Tanjung Karawang. Banyak puing-puing pesawat serta barang dan jasad korban yang kami temukan di sana.

Gue sebagai salah satu tim penyelam pencarian korban, cukup puas untuk itu semua. Setidaknya hanya dalam satu bulan kami mendapatkan titik terang dan itu luar biasa.

Sedikit tentang rescue diver, dimana itu hal yang berbeda dengan selam wisata karena untuk rescue, kita langsung turun di tengah laut dengan kedalaman 30 meter tanpa pegangan. Dan kalo di kedalaman yang lebih dalam, karena udara yang di hirup adalah 78% nitrogen, biasanya menyebabkan efek seperti minum alkohol, mabuk. Itu jelas berbahaya dan hanya bisa dilakukan oleh profesional. Dan kebetulan, gue punya sertifikasinya untuk bisa menjadi  tim penyelamat sampai semua level berbeda. Semua gue lakukan dengan uang pribadi dan sebagai relawan tim penyelamat, gue tidak di gaji. Pun untuk semua biaya transportasi ke sana, kami semua yang menjadi relawan menanggungnya masing-masing. Gue melakukan itu semua pure karena hati nurani. Karena buat gue pribadi, nggak ada rumus untung rugi saat ingin menyelamatkan sesuatu. Dan selama menjadi relawan, biasanya gue nggak menyalakan ponsel setelah memberi kabar jika gue baik-baik aja ke keluarga karena gue harus fokus dengan proses penyelamatan.

Kalau disuruh memilih antara gunung atau laut, gue tanpa berpikir akan memilih laut. Beberapa kali gue pernah mendaki gunung sampai ke luar negri dan gue suka. Tapi nggak lebih suka dari pada laut dan semua elemennya. Gue suka berselancar, gue suka kehidupan orang-orang di pinggir laut dan gue suka menyelam. Makanya gue mengambil sertifikasi di semua level berbeda untuk pengalaman hingga akhirnya kini apa yang gue sukai bisa sedikit membantu orang lain.

Awal gue tertarik menjadi relawan rescue diver karena salah satu kenalan yang bekerja di komisi wisata bahari. Kami mengobrol banyak termasuk tentang tim relawan yang benar-benar memberikan bantuannya dengan cuma-cuma. Padahal banyak hal yang harus di korbankan. Bukan hanya waktu, uang dan lainnya. Bahkan sampai nyawa sendiri. Seperti salah satu anggota tim kami bernama Mas Yono yang meninggal empat tahun lalu saat tengah bertugas. Mami sampai pernah trauma buat ngelepas gue pergi kalau udah ada panggilan mendesak. Tapi pelan-pelan gue katakan kalau itu adalah hal yang nggak bisa kita hindari. Kalaupun gue mati di saat sedang bertugas, ya nggak apa-apa. Gue nggak punya penyesalan apapun.

Hari itu adalah hari terakhir kami berada di penginapan yang digunakan sebagai tempat kami berkumpul. Disaat gue sudah mendapatkan visa Srilanka yang gue minta perpanjang ke salah satu kenalan gue yang berkerja di bidangnya beberapa Minggu lalu. Itulah kemudahan disaat kita punya banyak kenalan karena semuanya mendadak menjadi gampang.

Dan kenapa Srilanka?

Karena tiba-tiba gue kepikiran aja mau ke sana setelah proses penyelamatan ini selesai. Gue nggak mau langsung pulang dan sudah mengabari Mami tentang hal ini. Gue hanya mau merilekskan diri setelah bekerja tanpa henti selama sebulan lebih. Penat yang kami rasakan sebagai tim penyelamat nyatanya tidak bisa kami bohongi. Belum lagi stress yang kami hadapi.

Jadilah begitu, gue akhirnya ke Srilanka setelah beberapa tahun lalu ke sana. Nggak banyak yang berubah dan gue masih menyukainya. Beberapa hari di sana yang gue lakukan hanya istirahat di hotel nggak ke mana-mana. Cuma makan tidur berak makan tidur berak sampai gue capek sendiri karena dengan nggak ngapa-ngapain beberapa hari membuat gue kepikiran seseorang.

Kaluna.

Perasaan berdebar itu gue rasakan hanya dengan mengingatnya.

Gue udah pernah jatuh cinta, dan rasanya mirip-mirip kek apa yang sekarang gue rasain. Tapi gue nggak mau buru-buru menyimpulkannya karena siapa tahu ini hanya ketertarikan biasa. Gue nggak mau berakhir membuat perasaan ambigu ini malah mengacaukan diri gue begitu aja.

Gue akan meyakinkan diri apa gue jatuh cinta atau hanya suka ke Kaluna. Itu jelas dua hal yang berbeda. Dan kalau ternyata gue cuma suka sama dia, gue nggak mau membuat diri gue terbawa suasana seolah-olah gue jatuh cinta.

Tapi perasaan berdebar ini begitu mengingatnya masih belum bisa gue ilangin. Biasanya kalau gue lagi travelling begini, gue nggak memikirkan hal apapun dan murni menikmati apa yang sedang gue lakukan. Tapi sekarang gue malah mau cepat-cepat balik untuk bertemu dengannya.

Tadinya gue cuma mau dua mingguan di Srilanka, tapi kemudian gue malah berakhir hampir sebulan di sana karena gue terus mikirin Kaluna. Sekali lagi, gue meyakinkan diri gue untuk apa yang gue rasakan padanya.

Sampai akhirnya kemudian gue sadar kalau gue udah jatuh cinta sama Kaluna. Ini jelas  dada gue rasanya penuh sama sekedar rasa suka. Lebih dari itu, dada gue rasanya mau meledak.

Tapi kenapa?

Kenapa gue bisa jatuh cinta sama Kaluna?

Gue nggak suka cewek ceroboh.

Gue nggak suka cewek ngerepotin.

Gue nggak suka cewek yang ngebantah gue mulu.

Kaluna bagi gue hanya cocok sebagai teman. Gue yakin apa yang awalnya gue rasakan padanya hanya sebatas itu. Bahkan setelah kami tidur bareng gue nggak merasakan hal kayak gini. Tapi kenapa sekarang berubah?

Apa karena gue suka dia ceroboh biar bisa gue omelin?

Apa karena gue suka di repotin biar ketemu dia terus?

Apa karena gue suka dia ngebantah karena kami akan berakhir sebel-sebelan tapi kemudian ngobrol lagi kayak nggak terjadi apa-apa?

Apa?

Gue nggak nemuin hal apapun sekarang.

Sebelum tiba-tiba gue teringat obrolan gue dan Nudo beberapa bulan lalu. Saat kami sedang menonton pertandingan NBA di rumahnya.

"I like the warriors when they suck." Gue terkekeh menatap Nudo yang hanya bisa senyum begitu gue ngeledek tim jagoannya itu.

Awalnya kami hanya mengobrol tentang basket, sampai ke bisnis kami dulu mobil bekas hingga apa yang membuatnya jatuh cinta sama Paras. Katanya semuanya terjadi gitu aja. Bahkan terhitung sangat cepat. Hanya dua bulan aja Nudo yakin untuk segera menikahi Paras yang waktu itu masih kuliah.

"Kalo nanti tiba-tiba Lo bener-bener jatuh cinta, Lo juga nggak akan nemuin alasan apapun." Katanya sambil tersenyum.

"Dan lagi, Lo harus siap-siap, karena cinta adalah hal yang paling sulit dikendaliin."

The fact that everything that Nudo said was true and it sounded like He knew exactly what He was talkin about. Karena sekarang, gue pun juga merasakannya.

Alive or Alone (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang