BAB - 19 - Kaluna

101 7 0
                                    

Glo kembali pulang dengan rambut yang sudah lebih panjang. Wajahnya juga dipenuhi brewok yang cukup tebal. Dan jujur saja, dia tampak jauh lebih tua dari pada saat dia tanpa bulu-bulu halus itu di wajahnya.

"Udah nggak mandi berapa hari Lo?" Tanya Ganesh saat kami para anak-anak tua ini bersantai di ruang keluarga. Acara makan malam nanti di sponsori oleh restoran teman Mami yang baru launching. Makanya Mami nggak masak dan bisa santai kali ini. Dia, Papi dan Summer tengah sibuk menyiram tanaman di kebun belakang. Hanya meninggalkan kami berempat di ruang keluarga yang mendapat angin sepoi-sepoi dari pintu kaca yang di buka lebar. Dan kini, aku disibukkan dengan laptop yang ku bawa di hari libur karena ada pekerjaan mendadak. Sedari tadi hanya mendengar mereka mengobrol tentang apa saja.

"Empat?" Glo tampak tak yakin saat dia tengah bersandar nyaman di sofa. "Tapi gue nggak bau, nggak kayak Lud habis main futsal."

Tertuduh, Mas Ludy, tidak merespon karena sibuk dengan ponselnya. Aku yakin dia berlagak tidak mendengar.

Tapi tentu saja tidak dengan istrinya, Ganesh. "Ya kali empat hari nggak mandi, nggak bau!"

"Nih cium ketek gue." Glo mengangkat tangannya tinggi-tinggi lalu mulai memiting kepala Ganesh dan mendekatkan ke ketiaknya.

"Baby bantuin aku...." Ganesh lalu memekik saat Glo sangat semangat tidak mau melepaskan Ganesh dengan mudah.

"Stupid fuck! Motherfucker stop! BABYYYY!!!"

Dan begitulah, Mas Ludy berakhir ikut dalam pertarungan sengit yang membuatku tentu saja tertawa melihatnya.

Dulu, Glo saat lagi senang-senangnya dengan tontonan smackdown, dia selalu melakukan hal itu pada Ganesh dan aku setiap hari. Tiba-tiba di piting dari belakang, di tekel yang membuat kami berteriak memakinya atau saat tiba-tiba dia menghempaskan tubuh jangkungnya itu saat kami tengah bersantai curhat-curhatan di kamar. Pokoknya nyebelin tapi selalu membuatnya tertawa saat melihat kami marah.

Pertarungan keluarga itu akhirnya dimenangkan oleh pasangan suami istri Ganesh dan Mas Ludy setelah Ganesh berhasil duduk di atas punggung Glo yang sudah memekik karena rambutnya di jambak oleh Mas Ludy. Ketiganya kemudian mengatur nafas saat sudah kembali duduk dengan nyaman. Tentu saja setelah Glo menyatakan menyerah.

"Lo buka tuh oleh-oleh!" Ganesh selalu menjadi orang yang paling tidak sabar dengan buah tangan yang dibawa Glo setelah pulang dari travelling tampaknya.

"Ya besok aja. Lo pikir nggak capek-"

Ucapan Glo terhenti saat Ganesh sudah bangkit dan berlari ke ujung ruangan dan membawa oleh-oleh yang sampai beberapa jam sebelum Glo tiba di rumah. Oleh-oleh yang sengaja dia kirim dari Tibet sebelum pulang.

"Harus yang paling gede dulu lah ya..." Tangan Ganesh sudah memegang palu hendak membuka benda yang tampak seperti lukisan karena dikemas dengan kayu di segala sisinya.

"Nggak ada yang peduli tuh berapa biaya pengirimannya." Glo menggerutu dan sama sekali tidak berniat membantu saat pasangan suami istri itu sibuk dengan kemasan kayu di hadapan mereka.

"Wahhh.... Lukisan apa nih?" Ganesh tidak menghiraukan ucapan Glo dan malah terkagum dengan apa yang kemudian dia lihat.

Pun aku. Lukisan itu terlihat sangat bernilai seni tinggi dan mahal.

"Thangka, lukisan sulam di atas kain sutra." Jawab Glo ikut melirik benda yang cukup besar itu.

"Pajang di rumah gue ya Glo?" Ganesh sudah bersikap manis dengan senyuman yang tiba-tiba muncul di wajahnya. "Gue gantiin biaya pengirimannya deh..."

"Nggak, itu buat di kamar gue."

Dan raut wajah Ganesh tentu saja sudah berubah tak senang. "Kita pasang lagi kayunya Baby, biar dia susah bukanya sendiri."

Alive or Alone (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang