BAB - 39 - Kaluna

108 13 4
                                    

Kalian tahu kan apa yang terjadi padaku dan Glo semalam?

Ya, Aku hanya manusia biasa yang juga tidak bisa menahan diri. Apalagi dengan semua pesona yang Glo miliki.

Tapi,

Hahhh...

Mari kita lupakan.

Karena itu tidak lebih seperti one night stand. Iya kan?

Meski baru pertama kali melakukannya dengan temanku, tapi hanya satu yang bisa ku lakukan yaitu mencoba melupakannya.

Aku yang kemudian membuka mata dengan hati-hati, mencoba melirik Glo yang kini ada di sebelahku. Dia masih tertidur dengan dengkurannya yang tidak pernah ketinggalan itu. Membuka selimut pelan-pelan, aku bergerak hati-hati lalu berlari menuju kamar mandi karena aku harus bersiap ke kantor.

Selama di bawah shower, aku terus merapal kata-kata agar aku tidak mengingat lagi apa yang terjadi semalam. Dan setelah merasa cukup yakin jika aku akan melupakannya, pelan-pelan aku membuka lemari setelah selesai mandi dan hanya menggunakan handuk. Selanjutnya tanganku bergerak meraih baju apa saja yang bisa ku kenakan untuk ke kantor. Aku hanya tidak ingin lama-lama di sana bersama Glo yang tengah tertidur dan aku yang hanya menggunakan handuk.

"What time it is?"

Suara berat itu membuat gerakan ku terhenti otomatis.

"Kal?"

Ah sial.

Apa-apaan suaranya itu?

Aku jelas kembali teringat apa yang sudah terjadi semalam.

"Kaluna?"

Dan lebih sialnya lagi, aku suka saat dia memanggil namaku dengan suara bangun tidurnya itu.

"Jam delapan, mungkin?" Balasku lalu segera ke luar untuk menganti pakaian di kamar mandi.

Aku hanya perlu cepat-cepat agar tidak bertemu dengan Glo yang kemudian bangun dan kami yang akan saling menatap satu sama lain. Akhirnya menghindarinya sambil buru-buru memakan sereal tanpa susu. Tapi saat itulah dia dengan santainya keluar dari kamar tanpa baju yang menutupi tubuhnya. Dia hanya menggenakan celana dalam dan itu membuat perut ku ngilu.

"Mana baju lo?"

Dia menunduk lalu menggaruk kepalanya yang aku yakin tidak gatal itu. "Why?"

Why?

Dia kembali menatapku dan aku mencoba membalas tatapannya meski mendadak gugup.

"Ya why not?"

Matanya berkedip pelan lalu melengos ke kamar mandi tanpa memperdulikan ucapanku. Tak lama setelah itu aku mendengarnya menggosok gigi.

"Kenapa lo make gosok gigi gue?" Aku memukul pintu kamar mandi."

"Ini gosok gigi gue." Katanya saat membuka pintu sambil memperlihatkan benda berbulu lembut itu.

Kenapa ada gosok giginya di sini?

Aku menghela nafas saat dia sudah kembali menutup pintu.

"Gue pergi dulu, ada sereal di kabinet kalo lo mau." Dan aku memakai sepatu lalu meraih tas di atas kitchen island sebelum mengambil kunci mobil. Pergi meninggalkannya di apartemenku. Tidak lagi memusingkan apa yang akan dia lakukan di sana. Terserah. Untuk saat ini, aku hanya ingin jauh-jauh darinya sambil mencoba sebisa mungkin  bersikap santai seolah tidak terjadi apa-apa.

Dan di sepanjang hariku di kantor, aku terus memikirkan apa yang sudah aku lakukan dengan Glo semalam. Maksudku, kenapa kami harus melakukannya? Aku menyesal. Karena kini aku akan terus berlagak tidak terjadi apapun di depannya. Pura-pura santai dan pura-pura seolah malam itu tidak ada artinya.

Alive or Alone (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang