BAB - 17 - Kaluna

99 6 0
                                    

Kini Hari-hariku sudah kembali normal seperti sebelumnya setelah pindahan beberapa bulan lalu. Tidak ada lagi perabot yang harus di rakit, box kardus yang harus di susun and the ble and the ble itu.

Dan seperti ritual sehari-hari, aku bangun dengan malas-malasan pergi ke kamar mandi sambil menguap lebar untuk memulai hari yang baru. Terdiam sejenak di depan wastafel sambil menutup mata menikmati tidur ayam dalam beberapa menit.

Dan saat akhirnya membuka mata, aku langsung menyipit saat melihat pantulan wajah di cermin wastafel. Terdapat satu jerawat yang cukup menganggu pengelihatan di dahiku.

Ada aja!

Aku mengambil ponsel dan segera searching apa penyebab jerawat di dahi. Dan dalam beberapa detik aku mendapatkan jawabannya. Penyebab utama jerawat di dahi adalah stress. Ya memang sih, meskipun aku selalu menyukai kesibukan pekerjaanku, tapi nyatanya stress tidak dapat aku hindari.

What ever.

Jerawat satu doang ini.

Siapa peduli?

Buru-buru mandi, selanjutnya aku beralih make up di depan wastafel. Mencoba foundation baru yang kemarin aku beli.

Satu minggu belakangan ini hari-hariku sangat sibuk karena harus menyelesaikan pekerjaan di hari weekend. Banyak deadline yang harus dikerjakan secepatnya. Jelas lebih dari job desk ku sebagai karyawan biasa sebelumnya. Oh tentu saja. Bahkan aku begadang karenanya. Kurang tidur membuatku kemudian merindukan hari malas-malasan ku di hari libur.

Mungkin kalian bingung dengan diriku.

Pertama, aku bekerja untuk mengisi waktuku karena sebenarnya aku tidak mempunyai hal atau hobi yang disukai sejak dulu. Kalau saja aku suka berkuda, mungkin kini aku sudah menjadi atlet karena sejak dini aku pasti fokus akan hal itu. Atau jika aku suka saat menonton berita politik bersama Papa, mungkin kini aku sudah menjadi politikus muda.

Kedua, ternyata aku menyukai pekerjaanku ini dan aku cukup berdedikasi hingga mendapatkan promosi sebagai manager.

Ketiga, karenanya aku menjadi sibuk dan kadang-kadang akan menjadi tidak menyukainya.

Begitulah, aku pun kadang tidak mengerti diriku sendiri. Tapi untungnya, minggu ini adalah minggu santai ku karena sudah menyelesaikan banyak deadline.

Cleo :
Weekend besok main ke rumah gue dong...

Rasanya aku memang butuh sedikit hiburan meskipun itu hanya ke rumah Cleo dan aku yang tetap hanya akan bermalas-malasan di sana.

Cleo :
Bawa glo kalo lo males sendirian

Cleo :
Hehe

Glo?

Hampir dua minggu terakhir ini kami tidak bertemu. Aku sibuk dengan pekerjaanku dan katanya dia tengah pergi ke Tibet. Entah dia mau bertemu Yeti di sana. Tuh anak kan absurd. Saat aku mengiriminya pesan untuk jangan lupa membawa oleh-oleh -setidaknya tempelan kulkas, begitu tahu dia di sana, dia hanya membaca tanpa membalasnya. Menyebalkan. Kata Ganesh dia akan kembali satu minggu lagi. Dan karena itu Mami mengundangku makan siang di rumahnya saat kepulangan Glo nanti.

Mengendarai mobil untuk berangkat ke kantor, sebelah tanganku sibuk menyalakan radio saat tiba-tiba aku berhenti untuk Drive Thru kopi. Tidak, aku bukanlah coffee person in the morning. Aku hanya gabut dan ingin mencobanya. Hidup  begitu-begitu saja dengan meminum teh kotak setiap waktu nyatanya cukup membosankan.

Aku berakhir memesan dua ice americano karena... why not? Banyak orang tampak sangat menyukainya saat di kantor. Bagaimana jika ternyata aku juga suka minuman berwarna hitam itu?

Tapi jika tidak, Aku akan memberikannya nanti untuk siapapun. Kepalaku menunduk mencoba menggapai pipet dengan mulut, dan seketika mataku terbuka lebar karena ice americano dengan dua shoot espresso itu. Berkedip, nyatanya aku cukup terkejut dengan rasanya.

Bikin mata melek sih.

Tapi aku tidak menyukainya.

I love you teh kotak.

Kakiku melangkah memasuki lift dari basement untuk menuju lantai kantor.

Dan suara itu menyapaku dari arah samping saat aku baru saja keluar dari lift.

"Kaluna."

Aku menoleh mendapati Mas Dave tersenyum lebar. "Hai Mas..." Menawari kopi di tanganku pada mas dave yang dengan senang hati diterimanya

"Kamu suka kopi juga? Aku kira nggak, soalnya nggak pernah lihat di meja kerja kamu." Katanya saat kami beriringan menuju ruangan masing-masing.

"Nggak Mas, ini aku baru nyoba. And you know what? This coffee is so strong, literally I took a sip of it and I was like OMG!"

Mas Dave terkekeh seiring langkah kami. "Nanti makan siang kamu ada janji nggak?"

"Nggak sih."

"Ayo makan siang bareng, kini giliran aku yang traktir kamu."

"Boleh."

Siapa yang bisa nolak traktiran, coba?

Jadilah begitu, siang itu kami makan bersama di restoran yang sama dengan yang terakhir kami datangi. Pasalnya makanan di sana memang enak. Apalagi lokasinya juga sangat dekat dengan gedung kantor.

Aku dan Mas Dave jelas tak lepas membahas pekerjaan yang minggu lalu kami lalui dengan sangat sibuk. Mas Dave juga bercerita jika dia meminum suplemen agar tidak tumbang. Dan dari pekerjaan, obrolan makin ke mana-mana hingga kami membahas tentang masa sekolah, pacar pertama, hingga makanan khas lebaran di rumah masing-masing. Aku suka mengobrol, dan dengan Mas Dave aku seolah mendapat lawan sepadan karena dia juga sangat suka bercerita.

"Sambel ampela kentang emang juara sih." Kata Mas Dave saat kami masih membahas makanan lebaran.

Aku setuju karena makanan itu juga masakan andalan Mama.

"Lain kali deh, kalo aku udah belajar masak ntar aku bikinin."

Kepalanya mengangguk. "Boleh. Aku nggak terlalu suka yang pedes ya."

"Aku justru suka yang pedes banget banget."

"Kenapa ya kebanyakan cewek suka pedes? Nggak kayak cowok, gitu? Kebanyakan cowok nggak suka pedes, kan?"

"Terus Mas Dave kalo makan seblak, nggak pedes gitu?"

"Aku nggak suka seblak Kal."

Dan mulai lah kemudian obrolan tentang seblak makanan nomor satu ku di dunia. Lihatlah betapa serunya mengobrol dengan Mas Dave? Kami bisa membahas apapun dan saling tek tok penuh minat.

Tengah seru mengobrol, tiba-tiba sebuah pesan dari Glo membuatku mengangkat sebelah alis

Gloryo :
This is no the right time to be front me.

Idih.

Perasaan pesanku sudah beberapa hari yang lalu, kenapa dia baru membalasnya sekarang?

Dan kalo ganggu kenapa harus Lo balas, Sasono?

Di detik berikutnya, dia mengirim fotoku saat tertidur itu, lagi.

Setan!

Helaan nafasku yang kesal membuat Mas Dave menatapku dengan bingung.

"Kenapa Kal?"

"Ini, ada orang gaje."

Seenggaknya bawain tuh tempelan kulkas biar gue nggak kesel2 amat sm Lo!
Read.

Gloryo :
Gue kan bapak lo main mintak-mintak aja!

Bapakkkk...
Read.

Papa...
Read.

Daddy....
Read.

Abi...
Read.

Anjing ga dibls
Read.

Setan!

Alive or Alone (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang