BAB - 16 - Gloryo

99 10 1
                                    

"Why am I here for?" Gue bertanya sambil memperbaiki bando plastik di kepala gue. Benda yang gue butuhkan di saat rambut udah pada kemana-mana minta dimasukin pesantren.

Baru saja gue nyampe di rumah Ganesh pake motor matic mang Cep setelah dia bilang gue harus ke rumahnya tanpa mengatakan alasannya setelah gue tanya berkali-kali.

"Ponakan lo kangen sama lo, gue sih nggak ya." Beritahunya waktu gue nyomot pie di atas meja. "Dan kenapa tiba-tiba lo pake kacamata aneh itu?"

"it's a style, Dude." gue menoleh ke kaca lebar di dining room itu. Melihat penampilan gue bersama kaca mata berwarna kuning menyala milik Mang Muki yang iseng gue pake.

"So ugly!"

Gue tidak menoleh untuk membalasnya. "I think your face more ugly."

"Oh thank you!"

"You're welcome."

"Muka kalian tuh mirip." Lud muncul tanpa baju dan hanya dengan celana pendeknya. "Sekarang aku nggak bisa bedain yang mana istri aku nih." Kepalanya bolak balik bergerak untuk menatap gue dan Ganesh yang sudah mendengus. Gue yakin dia baru saja selesai mandi meski kelihatan belum mandi. Dan pastinya setelah dipaksa.

Lud menuruni tangga lalu mencium Ganesh begitu saja. "Lay, baju Ancol aku mana ya?"

"Kenapa harus pake itu sih? Aku udah siapin baju kamu di atas kasur tuh."

"Lay, mood aku akan jadi 100% kalo aku make baju itu, kemon. Cariin Lay."

"Itu baju udah sobek ya bawahnya, masih aja dipake kek nggak punya baju. Nanti orang-orang mikir kalau istri kamu tuh nggak perhatiin kamu. Kenapa sih suka banget-" dan bla bla bla.

Gue memilih untuk tidak mendengarkan omelan andalan Ganesh itu di siang gue yang baik-baik saja ini. Maka gue langsung beranjak ke ruang keluarga dan memeluk Summer yang sedang fokus mewarnai buku gambarnya.

"Akel..." Dia bergerak memeluk gue dengan erat.

"Hai princess, miss you..."

Di detik berikutnya Summer sudah sangat antusias menceritakan teman di sekolahnya yang beberapa hari lalu kecelakaan mobil bersama orang tuanya sambil kami rebahan di karpet. Gue ikut mewarnai buku gambar miliknya yang lain.

"Kepalanya di.. di... Mom, kepalanya Arin diapain?" Summer menoleh ke arah Ganesh yang masih ngomel ke Lud.

"Di perban sayang."

"Iya di perban, katanya karena kepalanya berdarah sangat banyak Akel."

"Wahhh..."

"Makanya Akel harus hati-hati ya kalo nyetir?"

Gue mengelus kepalanya karena gemas. "Iya dong."

"Dia beneran datang?" Wajah Ganesh berubah bersamaan dengan munculnya senyum lebarnya itu. Dia sudah berlari kecil ke pintu depan dan gue mendengar suara yang sangat tidak asing itu di telinga gue akhir-akhir ini.

"Rumah lo keren banget..."

"Gue yang design sendiri."

"Oh wow!"

Gue menoleh ke asal suara itu dan ya,  wajah Kaluna muncul di sana. "Ngapain lo di sini?"

"Lo yang ngapain di sini?" Tanyanya balik.

"Ini udah siang, jangan bilang lo mau numpang makan di sini."

"Seratus. Si Bule yang ngundang gue makan siang dan Lo nggak berhak protes karena ini bukan rumah Lo!" Dia beralih pada Ganesh. "So, apa ada yang bisa gue bantu?" Dan wanita itu dengan santai mengikuti Ganesh ke dapur setelah menyapa Summer.

Alive or Alone (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang