BAB - 64 - Kaluna

270 19 12
                                    

Acara ulang tahun Mas Ludy dihadiri banyak orang hingga baru selesai saat jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Itu jelas hampir setengah hari full karena acaranya dimulai sejak siang tadi. Aku yang  berniat pulang sejak sore, malah berakhir mengikuti acara hingga benar-benar selesai. Beruntung Glo bersedia mengantarku pulang. Tentu saja tidak lupa dengan omelannya saat aku bernyanyi di sepanjang perjalanan.

"Thank you..." Aku mengucapkan kata-kata itu setelah selesai bernyanyi. Meski awalnya mengomel mengatakan suaraku lebih jelek dari suara kentut, Glo yang menyerah karena tidak aku hiraukan berakhir pasrah. Dan aku berterima kasih karena bisa bernyanyi tanpa gangguan.

Kami tiba di apartemen ku hampir setengah jam perjalanan. Dan Glo yang mengaku lelah sudah selonjoran di sofaku yang terkenal nyaman.

"Pulang sana." Ingatkan ku saat dia mulai menutup mata. Aku benci suara ngoroknya itu kalau-kalau dia malah tertidur di sini.

"Bentar doang." Balasnya tanpa membuka mata.

Aku memilih tidak peduli lagi sambil masuk ke dalam kamar untuk menganti baju. Seharian memakai dress fit body membuat tubuhku terasa diikat. Keluar dengan piyama, aku sudah mendapati Glo merokok di balkon. Dia memunggungi ku saat kemudian aku ikut bergabung.

Dan seperti deja vu, aku menoleh saat Glo meraih jariku. Dia tidak menoleh persis seperti beberapa waktu lalu.

"Apa lagi?" Tanyaku kembali menatap lurus ke depan. Pemandangan city light di malam hari selalu punya nilai yang tidak bisa gambarkan. Tadinya aku sangat lelah dan berniat akan langsung tidur setibanya di apartemen, tapi saat melihat lampu-lampu itu seketika membuat lelahku berkurang.

"Kal?"

Aku menoleh lagi saat Glo masih menatap ke depan, "hm?"

"Gue ngerasa terlalu serius untuk main-main sama Lo." Kepalanya akhirnya berputar ke arahku. "Apa Lo ngerti sampe sana?"

Tiba-tiba?

"Terus?" Glo tidak mungkin melamar ku, kan?

Tapi karena pikiran itu, jantungku mendadak berdetak menjadi tidak karuan. Apa yang aku harapkan?

"Gue bukan cowok romantis yang bisa Lo harepin buat lakuin hal-hal yang mungkin Lo dan cewek-cewek lain mau."

"Terus?'

Jantungku rasa-rasanya mau jatuh ke lambung saking deg-degan nya.

Kenapa Glo harus merangkai kata-kata dulu dan tidak langsung ke point nya saja?

Dia menatap ku sekilas sebelum menaruh sebuah cincin ke telapak tangan ku yang membuat tenggorakan ku jelas mendadak tersendat.

"April Mop?" Aku mencoba bergurau karena siapa tahu ini hanya akal-akalan nya untuk menggodaku.

Dia tersenyum tipis. "Sekarang September."

"September mop?" Aku masih berusaha saat senyumnya semakin lebar.

APA MAKSUD SENYUMAN ITU?

"Tadinya gue mau taruh cincin di dalam kue, tapi gue tahu cincinnya pasti Lo telen." Dia masih tersenyum di saat urat wajahku sudah kaku saat balas menatapnya.

Bahkan aku masih tidak yakin dengan apa yang terjadi.

Maksud ku, apa-apaan ini?

APA-APAAN INI?!

"Sekarang gue lagi ngelamar lo."

"Glo." Bahkan aku tidak tahu harus berkata apa dan hanya memanggil namanya dengan suara kecil.

"Ini pengalaman pertama gue. Dan sekarang gue gugup." Dia terkekeh ringan.

Pun aku. Ini juga pengalaman pertama ku dilamar. Aku jelas yang paling gugup di sini.

"Jangan terlalu Lo pikirin." Tambahnya.

Aku memang tidak berniat menikah, tapi untuk tidak memikirkan apa yang dia katakan jelas satu hal yang mustahil. Jika dia tidak mau aku memikirkannya, dia jelas tidak perlu melakukan semua ini?

Omong kosong apa yang dia bicarakan?

"Besok, lusa, minggu depan, tahun depan atau bahkan kapanpun, gue akan nunggu lo sampe kapanpun Kal."

Mulutku terbuka dan tertutup lagi. Kakiku kini juga sudah terasa seperti jelly.

"Lo pasti kaget." Katanya jelas tahu apa yang kini aku hadapi. "Even, gue sendiri kaget sama apa yang akhirnya gue lakuin sekarang. Gue pernah bilang kalau gue belum kepikiran buat nikah, tapi begitu aja gue mau kalau itu sama Lo."

Perlahan Glo mendekat, menutup telapak tanganku yang masih terbuka dengan cincin itu di dalamnya.

"Gue akan nunggu lo kapan pun Kal. I'm not even joking. Dan sekalipun Lo tetap nggak mau nikah, I'm fine with that, asal Lo sama gue. Asal kita sama-sama terus. Hm?"

Hm?

HM?

"Hm."

Aku tidak sadar saat akhirnya ikut bergumam seolah setuju dengan semua hal yang di katakan nya. Tapi yang pasti, di detik berikutnya Glo sudah memelukku dengan erat. Pelukan yang entah kenapa membuat dadaku layaknya ada kembang api bersamaan dengan perutku ngilu karena serangan kupu-kupu.

Aku tidak mau menikah, tapi kenapa hal seperti ini mulai menggoyahkan ku begitu saja.

Kenapa aku tidak menolaknya saja?

"Telat kalau Lo mau nolak gue." Katanya seolah tahu apa yang aku pikirkan. "Ayo jalanin ini sama-sama." Tambahnya.




***
Holaaaaa
Masih ada yg nungguin Glo dan Kaluna ga?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Alive or Alone (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang