BAB - 47 - Kaluna

91 11 0
                                    

Aku membuka mata saat bel apartemen terus berbunyi, Glo yang tertidur di sofa nyatanya sama sekali tidak menghiraukannya. Dia yang tidur tanpa mengenakan baju membuatku mau tak mau menarik selimut di lantai untuk menutupi tubuhnya itu.

Lalu mulutnya yang menganga itu, ingin sekali aku sumpal dengan kaus kaki karena sangat berisik semalam. Aku yang susah tidur semakin tidak bisa tidur karena suara ngoroknya itu.

"Nyet..." Cleo langsung memelukku saat pintu terbuka. "Gimana keadaan lo sekarang?" Tanyanya dengan raut khawatir.

"Udah agak baikan, tapi hari ini gue izin kerja."

"Iya, lo emang harus istirahat. Kebanyakan kerja lo."

Suara ngorok Glo yang kemudian terdengar membuat Cleo mendorongku ke samping, menatap Glo yang tertidur di sofa lalu menatapku. "Glo?"

"Dia nemenin gue semalam." Aku menguap lalu berjalan kembali ke dalam saat tiba-tiba suara Kafi terdengar.

"Siapa yang nemenin lo semalam?" Dia muncul dengan bingkisan buah di tangannya.

"Nggak kerja lo?" Tanyaku saat menoleh.

Dia mengikuti Cleo untuk masuk ke apartemen ku. "Nggak."

"Apa lagi alasan lo?"

"Nenek gue meninggal." Balasnya enteng. Ingatkan aku jika kedua neneknya sudah meninggal sejak dia masih kecil.

"Lo makan tuh gaji buta."

Dia hanya terkekeh meletakkan bingkisan buah yang amat besar itu sambil menatap Glo di sofa.

"Segala kalian bawa bingkisan buah, gue cuma nggak enak badan karena datang bulan." Aku membuka plastik wrap yang membungkus keranjang rotan itu dan meraih sebuah apel. Beranjak ke sinik lalu mencuci buah itu sebelum menggigitnya.

"Apa gue harus bangunin dia?" Tanyaku pada mereka saat suara ngorok Glo kembali terdengar.

"Biarin aja, lo pikir enak diganggu pas lagi tidur?" Cleo menarik kursi di kitchen island, diikuti Kafi di sebelahnya.

"Kenapa nggak langsung telfon gue pas lo nggak enak badan?" Kafi meraih pisang dari dalam keranjang buah di hadapannya. "Gue bisa nemenin lo dan nggak perlu ngerepotin Glo." Katanya dengan mulut penuh pisang.

"Lo kan kerja, Glo mah waktu luangnya banyak udah kek pengangguran." Balasku.

Suara ngorok Glo terdengar lagi saat kami bertiga menatapnya bersamaan.

"Mana ngorok mulu lagi! Sebenarnya sebelum-sebelumnya dia juga ngorok mulu juga, tapi semalam kan gue susah tidur karena nggak enak badan, makin susah tidur jadinya."

"Emang Glo sering nginep di sini?" Mata Cleo berkedip.

"Waktu itu karena dia mabuk dan nggak mau nyokap nya tahu. Terus pas..." Aku baru ingat jika kejadian waktu itu tidak perlu aku ceritakan, bukan?

"Terus pas apa?" Dan yang namanya Cleo, tidak lengkap hidupnya jika tidak kepo. Lihatlah sekarang, tubuhnya sudah dia condongkan ke arah ku.

"Pas... ya ada juga lah, pokoknya dia udah kemalaman dari rumah tantenya dan nginep juga di sini kalo nggak salah."

"Bukannya itu gue?" Tanya Kafi.

Mata ku berkedip cepat. "Oh itu lo? Iya ya? Gue lupa."

Pagi itu aku nekat mandi meski tubuhku masih cukup panas. Aku hanya benci sekali perasaan tak enak badan ini dan ingin tubuhku kembali segar. Dan Glo yang masih saja tidur, membuatku mengguncang tubuhnya agar bangun karena hari juga sudah sangat siang.

Alive or Alone (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang