BAB - 42 - Gloryo

91 11 3
                                    

Gue terkekeh saat Kaluna yang menyelesaikan makannya lebih dulu ikut menyusul Mami ke taman belakang.

"Apa yang gue nggak tentang lo dan Kaluna?"

Gue beralih menatap Ganesh sambil meneguk Coca-Cola gue hingga habis. "Apa? Nggak ada apa-apa."

"Oh ya?" Gue sangat benci dengan tatapan nggak percayanya itu. Nggak kebayang jadi Lud punya bini kek Ganesh. tiap hari aja ketahuan boong.

"Lo nggak pernah kasih gue bakso capcay ya!"

"Itu karena bakso capcay kali ini nggak seenak biasanya." Kata gue lalu bangkit saat tatu berdesis dan menyusul Kaluna ke taman belakang.

Mood gue sangat baik hari ini. Dan akan tambah lebih baik saat terus menggoda Kaluna. Maka gue berdiri di belakangnya saat dia langsung menyadarinya. Dan begitu saja dia memukul bahu gue.

"Lo apa-apaan sih tadi? Kalau Ganesh mikir macem-macem, gimana?"

"Kita udah tidur bareng kalo lo lu-"

Buru-buru dia menutup mulut gue dan menoleh kanan kiri. Keliatan takut banget kalau ada yang denger.

"Itu karena kita nggak tahu apa yang kita lakuin." Dia mengepal tangannya dan menggertak akan meninju gue sebelum pergi menjauh sok-sokan mau liat proses penanaman pohon pinang. Aslinya mah karena salah tingkah. Dikira gue nggak tahu apa.

Selesainya penanaman pohon pinang itu, membuat Papi menggelar acara karaoke nya yang kayaknya udah lam banget nggak dia lakuin. Lud udah pasti ikut featuring sama Papi. Diikuti Kaluna dengan suara pas-pasan yang nyaris fals itu dan membuat gue terkekeh lucu.

Bisa temuin dimana lagi coba cewek super pede kayak Kaluna?

Dia bahkan sampai menutup matanya saat bernyanyi yang membuat gue mau nggak mau ketawa juga.

Keliatan capek setelah karaoke beberapa lagu, Kaluna -artis kita, duduk di sofa dan meneguk Coca-Cola yang baru gue minum sedikit. Dan nggak lama setelah itu dia mau ke toilet buat BAB tapi Mang Cep sedang ada di dalam sana.

"Ke toilet Glo aja di kamarnya. " Kata Mami waktu muka Kaluna mulai merah karena nahan eek.

Kaluna kemudian naik ke kamar gue untuk urusannya itu sambil gue menyahut ke arahnya dan membuatnya mendengus

"Jangan lupa di flash!"

Acara karaoke itu berlanjut saat Papi dan Lud heboh berduet lagu dangdut. Mami sampai tertawa terbahak-bahak saat Papi bergoyang dengan pantatnya yang lincah. Diikuti Lud yang nggak kalah gilanya. Apalagi dengan cengkok yang dia buat-buat dan selalu terdengar gagal.

HP gue berbunyi dengan nama Encha di sana. Dia nanya apa gue memegang berkas dari investor beberapa hari lalu. Gue yang nggak yakin berakhir mencarinya di kamar karena Encha mengatakan membutuhkannya hari ini untuk mempelajarinya. Jadilah gue naik ke kamar dan mulai mencari berkas yang di maksud. Gue bener-bener nggak ingat dimana gue menaruhnya saat berusaha mencari bahkan ke dalam lemari setelah sambungan telfon kami terputus.

"Nyari apa lo?"

Gue mendapati Kaluna setelah dia selesai dari toilet.

"Ini, berkas dari investor, tapi gue lupa naro mana."

Dia berdecak dan bergerak ikut mencarinya. "Pake warna apa?"

"Merah?" Gue pun nggak ingat lagi.

Kaluna udah membuka setiap sudut lemari gue hingga ke laci-laci. "Apa di atas itu ya?"

Gue menoleh saat Kaluna berjinjit tapi tetap nggak cukup tinggi buat bisa meraih kabinet di bagian atas lemari. Makanya gue mendekat, berdiri di belakangnya dan berniat membuka kabinet itu sebelum Kaluna hendak keluar dari kukungan gue.

Alive or Alone (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang