BAB - 24 - Gloryo

82 8 0
                                    

Gue tengah bersiap-siap menggenakan sepatu saat Papi yang lagi main trampolin, tiba-tiba membuat benda itu bolong, lagi.

"I told you! Meni wae si Papi ih!"

Gue terkekeh saat Mami tampak sangat jengah karena tingkah suaminya itu. Niatnya olahraga malah kena semprot bini.

Mami sudah buru-buru mendekati Papi yang tampak baik-baik saja saat dia langsung berdiri dan seolah tidak pernah terjadi apa-apa.

"Kamu baik-baik aja?" Tanya Mami memeriksa tubuh Papi baik-baik.

"Baik-baik saja." Balas Papi lalu memegangi pinggangnya yang keknya encok.

"Selamat ngurut Mam, aku pergi dulu, bye Mam, Pap."

Dan gue meraih HP lalu menuju pintu depan dan segera pergi saat mobil jemputan sudah menunggu sejak beberapa menit lalu.

Sudah gue katakan jika kegiatan gue nggak pernah terencana. Satu-satunya hal wajib yang harus gue lakukan adalah pertemuan bersama donatur tiap bulan. Cuma itu. Lebihnya ya spontan, uhuy. Entah travelling, nyelam, bahkan sampai bisnis. Seperti sekarang, tiba-tiba sponsor ship besar yang menjadi donatur tetap di shelter ngajak gue untuk memberi edukasi bersama komunitas pecinta hewan di sebuah kampus ternama.

Ya... walaupun belum punya ilmu yang seberapa, seenggaknya gue bisa sedikit berbagi lah.

Acara yang cukup besar itu berakhir di saat hari sudah mulai sore. Gue bertemu banyak orang penting dari berbagai organisasi pecinta hewan dan mengobrol banyak tentang apa yang sama-sama kami lakukan. Juga seorang dokter muda yang ingin menjadi relawan di shelter gue. Tentu saja gue mengiyakannya dengan senang hati. Dan karena mengobrol dengan banyak orang, tahu-tahu udah malam aja.

Gue bersama pengurus sponsor ship pergi makan malam setelah itu di sebuah restoran mewah. Dan kami sengaja memilih area outdoor karena rata-rata dari kami semua merokok. Jika tadi sudah terlalu banyak membicarakan shelter dan perhewan-hewanan, kini kami malah membahas hal-hal random. Mulai dari bisnis restoran sampai ke carbon credits. Sebelum akhirnya gue melihat Kaluna dengan seorang cowok?

Gue mengambil HP dan memperbesar layar sebelum memotret mereka yang berada di area Indoor restoran. Dan benar aja, itu jelas Kaluna. Gue sangat bisa mengenalinya meski kini posisinya tengah menyamping di sebelah pria yang membelakangi gue dengan bahu bidangnya itu. Mereka tampak mengobrol akrab sambil sesekali terkekeh entah karena apa.

Dan begitu saja, gue mengiriminya pesan beserta foto tadi.

Pacar lo?
Boleh juga
Read.

Kepala Kaluna tampak menoleh kanan kiri jelas karena mau mencari keberadaan gue. Dengan sengaja gue melambaikan tangan dan di detik berikutnya dia sudah menatap gue dengan tatapan paling jengah yang dia punya.

Kal :
Ngapain lo di situ?

ya ngapain kek
Read.

Dia menatap gue lagi dari balik jendela kaca itu sebelum kembali mengobrol dengan cowok di sampingnya.

Acara makan-makan itu berlanjut karena beberapa orang pengurus ikut bergabung. Beruntung restoran di sana menyediakan alkohol dan membuat kami semakin hanyut dalam obrolan. Sesering gelas gue kosong, sesering itu juga orang-orang di meja itu mengisinya kembali. Badan gue sudah mulai cukup panas tapi jelas tidak mabuk. Gue bukan tipe orang yang akan minum sampai mabuk lalu jackpot. Dulu, iya. Tapi sekarang gue cuma peminum yang menikmatinya.

Sambil terus merokok, mata gue teralih lagi ke meja Kaluna. Dia tampak sudah selesai saat berdiri dan berjalan beriringan ke luar restoran. Dan begitu saja, gue pamit pada semuanya mengatakan jika gue harus pergi. Gue hanya merasa sudah cukup minum.

Alive or Alone (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang