BAB - 35 - Kaluna

95 7 0
                                    

Aku sudah siap berpegangan pada dinding kamar mandi sebelum menyadari jika keset yang aku injak tidak lagi terasa licin. Aku melepas tangan dari dinding dan berjalan dengan normal. Dan ya. Keset itu mendadak menjadi tidak licin lagi. Aku kemudian menunduk untuk memeriksa dengan mengangkatnya.

Siapa yang memasang anti selip di sini?

Bola mata ku berputar ke atas mencoba berpikir.

Kafi?

Tapi kenapa dia tidak bilang?

Kohar?

Dia perhatian pada cewek yang sedang dia incar. Tapi jelas tidak se perhatian itu padaku.

Cleo?

Tunggu, anti selip ini jelas baru dipasang karena aku masih ingat jika beberapa hari lalu masih terasa licin. Dan Cleo sudah cukup lama datang ke sini.

Atau, Glo?

Kepala ku miring ke kiri.

Glo?

Apa iya?

Mana mungkin.

Atau mungkin?

Aku berakhir kembali meletakkan keset itu di lantai dan kemudian masuk ke kamar mandi karena tidak mau pusing memikirkannya.

Pokoknya, siapa pun yang memasang anti selip itu, aku ucapkan terima kasih. Dan aku doakan semoga dia tidak pernah di jatuhi eek burung.

Pagi itu aku berencana mencoba membuat scrambel egg Gordon Ramsay untuk ke dua kalinya setelah tinggal di sini. Awalnya karena Ganesh yang memamerkannya pada ku. Dia mengatakan membuatnya sangatlah mudah sambil mengirim nama bahan-bahannya.

Dan aku coba.

Tapi jelas gagal seperti yang aku katakan saat ke rumahnya waktu itu. Ganesh kemudian memberi beberapa tips dan kini aku akan mencoba membuatnya lagi. Awalnya aku kira pasti tidak akan se gagal saat pertama kali aku membuatnya, tapi apa? Endingnya gagal-gagal juga. Mana kali ini gosong lagi.

"Api kompor Lo jangan kegedean." Kata Ganesh di balik telfon saat aku mengadu.

Kini aku sudah berganti baju dan sedang make up di depan cermin. "Emang iya, Le?"

"Lha iya, bego! Kalau ada waktu datang ke rumah gue deh, biar gue ajarin."

Begitulah. Ganesh selalu menjadi orang yang selalu bisa di andalkan sejak dulu. "Bener ya?"

"Iya..."

Sambungan telfon kami akhirnya terputus dan saat itulah aku menyalakan kompor untuk memanaskan air untuk membuat teh karena aku merasa akan flu. Minuman hangat seperti teh selalu membantu ku untuk merasa baik-baik saja. Water boiler yang waktu itu menyiram hingga membuat kaki ku bengkak, sedang aku setrap di kabinet kitchen set. Kemudahan dari water boiler itu nyatanya membuatku lengah dan aku takut untuk menggunakannya lagi dalam waktu dekat.

Selesai membuat teh di dalam tumblr, aku kemudian meraih sepatu lalu memasangnya. Tak lupa meraih kunci mobil di gantungan pintu sebelum benar-benar pergi. Tapi saat baru menyetir belum sampai satu menit, aku kembali ke apartemen karena teringat sesuatu.

Aku lupa mematikan api kompor.

Dan ya, saat aku membuka pintu, aku langsung mendapati api kompor yang masih menyala.

Helaan nafasku yang panjang menandakan jika aku sangat lega karena mengingatnya. Bayangkan saja jika aku tidak ingat apa-apa hingga pulang kantor nanti.

Sudahlah. Sepertinya aku tidak akan menggunakan kompor lagi untuk kebaikan ku.

Setelah water boiler, kini kompor.

Alive or Alone (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang