BAB - 5 - Kaluna

175 12 0
                                    

Hari pindahan akhirnya datang juga setelah aku cukup santai tiga hari belakangan ini. Tadinya yang aku pikir aku bisa lebih santai karena apartemen fully furnished milik saudara Daniel itu, nyatanya berubah hanya dalam beberapa hari. Mau bagaimana lagi? Letak apartemen yang ditawarkan Glo nyatanya sangat strategis, dekat untuk kemana-mana. Belum lagi pemandangannya yang indah saat unit itu mendapatkan cahaya matahari terbenam. Beruntung saudara Daniel tidak masalah saat aku mengatakan jika aku memilih apartemen lain. Dia juga men-transfer kembali uang muka yang sudah ku kirim sebelumnya.

Semua barang-barang ku di apartemen lama akan datang sore ini. Walaupun itu hanya baju-baju, sepatu dan beberapa hal kecil, tapi tetap saja membuatku menghela nafas karena nyatanya ada lebih dari sepuluh kardus besar untuk menge-pack semuanya. Pun beberapa furniture yang ikut datang hari ini.

Cleo menyemangati ku dengan mengatakan sangatlah seru saat mengisi rumah dengan barang-barang yang kita pilih sendiri. Maka dari itu aku akan mencobanya. Juga sebagai latihan saat nanti memiliki rumah sendiri, tambahnya.

Okay.

Karena semangat dari Cleo juga aku pun berfikir untuk melakukan banyak hal di tempat baru ini. Seperti mencoba untuk memasak, mencuci dan menyetrika pakaian sendiri dan mungkin memiliki tanaman. Semoga.

Ponselku berdering untuk panggilan video call dari Mama. Wanita itu bertanya apa aku makan dengan baik dalam beberapa hari belakangan ini. Dia juga tampak excited  saat melihat keadaan apartemen baruku saat aku memperlihatkan bagiannya satu-satu.

"Dapat sunset juga lho Ma, dari sini." Aku memperlihatkan pintu kaca yang lebar di hadapanku lalu menceritakan jika Glo ikut menemaniku mencari furniture.

"Dan Mama tahu apa? Glo masih orang yang sama kayak yang dulu kita kenal."

"Bagus dong, karena itu kalian bisa langsung dekat lagi."

Kepalaku mengangguk setuju untuk ucapan Mama itu. Panggilan kami berakhir setelah Mama berpesan jika aku harus memperhatikan makan dan jangan terlalu memforsir diri dengan pekerjaan. Wanita yang paling kucintai itu nyatanya terlalu mengenal anaknya yang cukup passionate dalam bekerja ini.

Tak lama  setelah itu para sahabatku datang bersamaan karena memang berjanji untuk membantuku pindahan di weekend yang cerah ini. Dengan kenyataan dari kota berbeda dan menempuh jarak yang cukup jauh tak membuat mereka keberatan untuk membantuku.

Hah... mulai sekarang aku akan jarang sekali bertemu dengan mereka.

"Hadiah pindahan." Kohar -begitu kami semua memanggilnya, mengangkat sebuah  paper bag dari tangannya.

"Apaan nih?" Aku segera mengambil alih paper bag itu lalu membukanya. Dan seketika, kepalaku kembali mendongak untuk menatap Kohar. "Kondom?"

Kafi -sahabat ku yang satu lagi dan Cleo, ikut melihat isi dari paper bag  itu dan begitu saja mereka terkekeh.

Kohar sudah melewati kami dan duduk kursi kitchen island  yang memang sudah ada. "Jangan sok kaget. Lo masih muda, dan butuh bersenang-senang." Tambah pria dengan rambut tiga senti itu. "Minimal buat jaga-jaga kalau tiba-tiba kita begituan."

Aku langsung melempar paper bag itu ke tubuh Kohar yang sudah tergelak senang.

Dasar kucing garong!

Axelo Paradinya a.k.a Kohar. Kami semua memanggilnya dengan panggilan itu karena sebuah kejadian di masa lalu. Dia pernah berpacaran dengan anak dosen kami di kampus yang bernama Pak Kohar.  Pria berkumis tebal yang nyatanya sangat galak. Anaknya yang polos dan cantik seketika berubah liar setelah berpacaran dengan Axel. Pokoknya Axel adalah pengaruh buruk untuk cewek dengan rambut panjang itu. Hingga suatu saat, si anak dosen menjadi semakin tak terkendali hingga sepertinya Pak Kohar tahu jika Axel lah penyebabnya, salah satu mahasiswa yang terkenal sebagai buaya kampus. Karenanya urusan mata kuliah Axel dengan Pak Kohar tak pernah berjalan lancar setelah itu setelah dia mengirim anaknya ke luar negri. Pak Kohar selalu memberi kesulitan dalam hal apapun kepada Axel. Termasuk tentang skripsinya. Mangkanya, Axel yang kesal selalu menirukan gaya Pak Kohar yang galak hingga peran itu cukup melekat pada dirinya. So ya, nama Kohar menjadi nama panggilannya setelah itu.

Alive or Alone (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang