BAB - 63 - Kaluna

249 16 3
                                    

Setelah di buru-buru make up mengatakan jika kami akan terjebak macet, kini Glo membuatku mengomel lagi karena asap rokoknya yang sudah ke mana-mana.

"Matiin nggak tuh rokok, gue jambak Lo ya!"

Dan aku langsung menarik kepalanya saat dia berlagak tidak mendengar. Berakhir dia yang kemudian mematikan rokoknya saat aku terus mengomel layaknya emak-emak saat tahu harga cabe naik.

Hari ini kami akan ke rumah Ganesh untuk ikut merayakan ulang tahun Mas Ludy. Dan aku sudah membawa beberapa dozen donat yang aku pesan sebagai bawaan. Dan tak lupa mencicipi karena bahkan aku belum sempat sarapan dan sekarang sudah hampir jam makan siang.

"Lo mau nggak?" Kataku saat menyantap donat yang juga aku pesan untuk diri sendiri.

"I don't wanna messy the car."

Kepalaku langsung menoleh dengan tidak senang. "Messy the car? Who the fuck are you?"

Dia terkekeh tanpa menoleh padaku.

Apa yang dia bicarakan? Seolah dirinya manusia paling rapi sedunia.

Perjalanan kami benar-benar berakhir terjebak macet saat Glo melirikku begitu saja. Tatapannya seolah mengatakan 'udah gue bilang jangan kelamaan make up, goblok!'

Yang aku balas dengan tatapan 'kurang buru-buru apa lagi gue sampe eyeliner gue miring sebelah, babi!'

"Kalo kita sampe telat itu salah Lo karena kenapa mepet banget jemput gue." Kataku menatap lurus ke jalanan.

Ya kali ini menjadi salahku?

"Lo atur semerdeka otak Lo deh!" Balasnya yang aku ledek dengan menirukan cara bicaranya tanpa suara.

Di sepanjang macet itu aku sibuk dengan ponsel untuk window shopping. Sebelum aku melirik Glo saat ponselnya berdering menandakan adanya pesan masuk.

Aku tidak mencondongkan kepalaku agar bisa melihat. Hanya dengan lirikan maut dari mataku, aku bisa tahu siapa itu.

Jenar?

Aku menyisir rambut dengan jari sambil sedikit menelengkan kepala masih dengan lirikan andalanku.

Benar. Itu pesan dari Jenar.

"Ini Jenar, dia nanya salah satu anjing yang mau dia adopt."

Aku langsung menatap ponselku lalu menoleh pelan ke arahnya. Seolah tidak tahu apa-apa.  "Ya apa peduli gue?"

"Clearly you care." Balasnya santai sambil meletakkan kembali ponselnya ke atas dashboard.

Aku jelas tidak terima dengan tuduhan itu. "I don't."

"You do."

"I clearly don't care. I don't care at all." Ingatkan jika aku hanya ingin tahu tanpa peduli sedikit pun.

"You talk about how much you care. Lo cemburu?"

Apa?

"Gue nggak cemburu ya! Emang siapa Lo, babi?!" Mendadak aku menjadi emosi sendiri.

Apa juga yang harus aku cemburui?

"Iya ya, emang siapa gue."

Aku menoleh lagi dan menatapnya karena tidak habis pikir. Apa-apaan itu?

"Apa tuh maksudnya lo sok nggak terima begitu?"

Kedua bahunya terangkat bersamaan. "Kurang tidur gue."

Terserah...

Kami akhirnya sampai di rumah Ganesh yang sudah di dekor sedemikian rupa dengan tema one piece favorit Mas Ludy. Suasananya jelas terlihat seperti acara ulang tahun anak-anak, tapi Mas Ludy tampak sangat emang dengan itu.

Alive or Alone (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang