Di hari Jum'at itu, gue dan Papi baru aja balik dari masjid saat gue mendapati Ganesh udah ada di rumah.
"Dari mana Lo?" Tanyanya waktu lenye-lenye si sofa sambil main HP.
Gue membuka sarung di pinggang dan kini hanya memakai celana santai yang gue lapisi sejak tadi. "Masjid."
"Ngapain?"
"Jagain sendal." Balas gue datar.
Ganesh udah ketawa waktu gue mendekat ke kulkas di bawah tangga lalu meriah sekaleng Coca-Cola dingin dari sana.
Kata Ganesh, Mami dan Summer lagi pergi ke pasar dekat rumah buat beli bahan makanan malam saat gue menengok kanan kiri karena rumah terlihat sepi.
Papi yang baru keluar dari kamarnya udah siap dengan pakaian berkebun yaitu kaos dan celana pendek serta topi koboi kebanggaannya. Nggak tahu apa yang mau dia lakukan di taman belakang, tapi gue mengikuti untuk membantunya yang ternyata membuat pupuk kandang.
Gue udah mandi tepat sebelum pergi ke masjid tadi, tapi sekarang malah udah ngaduk pupuk kandang yang membuat gue keringetan dan bau lagi.
Siapa peduli kalau gue harus mandi lagi setelah ini? Hidup gue memang se random itu. Lo semua juga tahu kalau nggak ada satu pun hal yang gue rencanain di dunia itu. Termasuk saat akhirnya gue jatuh cinta sama Kaluna.
Masuk lah barang ini...
Iya. Gue udah se Pede itu ngakuin kalau ternyata gue jatuh cinta sama dia.
Karena apa?
Karena semakin gue berusaha ngelupain perasaan ini, justru ledakannya semakin berkali lipat. Gue udah mencoba mengalihkan perhatian dengan semua hal yang gue suka dan biasanya itu sangat ampuh di diri gue. Tapi nggak dengan kali ini, apapun yang gue lakuin ujung-ujungnya gue malah kepikiran dia mulu.
Gue dan Papi selesai bikin pupuk kandang yang lumayan banyak karena persediaan tai-tai dari kandang ayam Mami juga banyak. Sekalian aja gue bikin semuanya biar capeknya sekalian. Lagian kasihan juga kalau Mang Cep atau Mang Muki ngaduk tai mulu. Gue takut hidung mereka kehilangan fungsi walaupun udah pake masker.
Selesai dari sana gue mengangkat baskom-baskom berisi wortel yang kemarin di panen oleh Mami sambil melihat kandang kelinci hias yang udah gendut banget karena di kasih makan mulu sama Summer.
"Ujang... Nanti tolong Mami anter melon ke apartemen nya Kaluna, ya?" Mami berteriak saat dia baru aja pulang dari pasar. Melon-melon itu hasil dari kebunnya yang juga dia panen kemarin.
"Nggak ah." Balas gue lalu berbalik membawa baskom yang gue bawa dengan kedua tangan ke dapur.
"Lho kenapa, atuh? Ujang sibuk?" Tanya Mami waktu gue sibuk cuci kaki.
"Iya, nanti mau mencet jerawat. Minta tolong Mang Cep aja." Gue hanya mau memberi Kaluna waktu karena gue merasa dia sedang menghindari gue. Entah apa yang sekarang dia rasain karena beberapa kali nolak ajakan makan malam Mami untuk datang ke rumah gue. Dia kan yang paling seneng makan gratis, kalau ceritanya dia udah nolak terus begini pastilah ada sesuatu.
Kepekaan gue mendadak meningkat kalau lagi jatuh cinta begini.
Lagian gue juga nggak mau tiba-tiba langsung meluk Kaluna kalau bertemu dengannya dan malah membuatnya kaget kalau tiba-tiba gue say I love you. Kangen sih, tapi biar dia nikmati apa yang dia rasain sekarang. Kalau misalnya kelamaan, barulah gue samperin dan gue cipok lagi.
Hari itu udah lewat jam dua belas malam waktu gue kebelet dan nyanyi-nyanyi nggak jelas di toilet waktu HP yang gue taruh di atas wastafel berbunyi.
Nama Kaluna ada di sana dan begitu aja membuat bibir gue tertarik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alive or Alone (On Going)
ChickLit(UPDATE SETIAP HARI) Kaluna sepenuhnya tidak lagi memikirkan pernikahan. Dengan terang-terangan dia mengatakan jika tidak ada laki-laki yang bisa dia percaya. Apa yang salah dengan wanita yang tidak menikah? Hidupnya jelas sudah sangat bahagia meski...