BAB - 11 - Kaluna

133 11 0
                                    

Pagi yang cerah membuat mood ku bagus begitu saja saat dengan santai melahap bakmi goreng yang baru keluar dari kulkas. Masih enak kok, cuma dingin banget aja. Microwave bawaan apartemen yang terpajang itu sama sekali tidak pernah aku gunakan. Apa aku sudah bilang kalau aku trauma dengan benda kotak itu?

Aku makan bakmi dingin 'banget' itu bahkan sebelum mandi dan masih dengan piyama beserta rambut acak-acakan. Dan baru saja, aku menguap lebar dengan mulut penuh bakmi.

Hah... Nikmat sekali.

Apa kalian tahu jika tidak enak rasanya makan setelah sikat gigi?

Itu yang aku rasakan.

Setelahnya aku bernyanyi saat kemudian memasuki kamar mandi. Menjadikan botol skincare sebagai mic dan menatap pantulan diri di depan cermin wastafel.

"Dancing in the mirror, singing in the shower... Laladi... lalada... lalada..."

Bernyanyi dengan suara pas-pasan nyatanya tidak merusak mood ku sedikit pun. Bahkan aku terus melakukannya hingga selesai mandi dan kini saat sedang memilih baju untuk ke kantor hari ini. Tak lupa sesekali berjoget di depan cermin lemari untuk melengkapi semuanya.

Dan beruntung, kemarin aku sudah menjemput semua laundry karena kini memiliki banyak pilihan.

Monochrome?

Pastel?

Aku meraih blazer berwarna biru lembut yang tergantung bersama hanger.

Atau all white?

Oke. Monochrome.

Aku kemudian mengenakan kemeja hitam dan celana dengan berwarna senada.

Dan tibalah lagi di momen itu. Saat aku memakai celana yang tidak bisa lagi di kancing karena sempit. Perasaan bulan lalu aku masih bisa memakainya?

Melihat pantulan diriku di cermin, mataku kemudian fokus pada lemak di perut. Dan terpaku beberapa detik dengan helaan nafas panjang.

Aku beralih pada celana berwarna gelap berikutnya dan, sama saja. Bahkan yang kali ini terasa lebih sempit lagi.

Ck!

Setan!

Tarik nafas, buang nafas...

Aku tidak mau merusak mood ku yang sudah bagus sejak tadi. Hanya karena celana sialan ini? Yang benar saja!

Aku berakhir memakai celana 'spesial' saat tubuhku mulai melebar. Celana cadangan yang nyatanya cukup sering aku gunakan. Berwarna putih gading dan sangat nyaman.

Black and white. Nice.

It's, okay Kaluna.

Dengan jogging beberapa kali, celana lo bakal muat lagi. Seperti yang udah-udah.

It's okay...

Apa aku harus memulai dengan catering sehat?

Baiklah.

Tanganku meraih ponsel dan melihat-melihat referensi makanan sehat online untuk makan siang nanti sambil mulai make up.

Perjalanan ke kantor hanya memakan waktu sepuluh menit, dan itu membuat senyumku semakin lebar. Tidak membuang waktu karena macet nyatanya adalah hal terbaik di muka bumi ini.

Aku membalas salam pak satpam dan masuk ke gedung kantorku untuk siap memulai hariku yang indah. Tapi semua itu hanya berlangsung beberapa jam sebelum kepalaku pusing dengan mengevaluasi semua pekerjaan tim. Apa ini? Kenapa sebagian dari mereka melakukan pekerjaan yang tidak memuaskan.

Memencet nomor di interkom, aku terhubung pada Priska, salah satu tim marketing yang cukup aku andalkan.

"Iya mbak?"

Alive or Alone (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang