BAB - 32 - Gloryo

79 8 0
                                    

Bangun tidur tanpa cuci muka, gue langsung ke shelter karena mendapat telpon ada beberapa anjing yang harus di rescue dan di vaksin. Bagaimana pun gue harus menghargai orang-orang yang datang untuk membantu dengan ikut hadir di sana. Dan ya, semuanya berjalan lancar seperti yang gue duga. Pemberian vaksin juga berjalan mulus berkat bantuan dokter Angel. Apalagi dia segala beliin makan siang buat semua karyawan gue. Makanan dari restoran mahal yang bikin Doni nunduk nggak berhenti ngunyah dari tadi.

"Makasih ya Dok buat semuanya."

"Sama-sama Mas." Dokter Angel tersenyum di sebelah gue.

"Lihat Dokter Angel makan bikin gue nggak enak karena nggak punya table manner." Daril, salah satu karyawan gue bersuara.

Gue terkekeh. "Ya kenapa? Ini bukan di rumah calon mertua lo. Makan senyamannya aja. Kecuali Lo nyolong makanan dari piring orang lain, gue bakal ikut pentung pala Lo."

Dokter Angel ikut terkekeh, dia menghabiskan makanan di dalam mulutnya sebelum membalas. "Santai aja Daril." Katanya lalu beralih lagi ke arah gue. "Kamu udah cobain udang telur asinnya, belum Mas?"

"Belum."

"Enak deh." Katanya lalu begitu saja mengulurkan sesendok makanan itu ke mulut gue.

Semua mata mendadak sudah menatap kami dengan suara Doni yang sudah sibuk 'cie-cie'-in keadaan. Gue yang nggak mau membuat dokter Angel di kacangin akhirnya memilih mengambil alih sendok itu lalu memakan isinya.

"Iya enak." Kata gue tersenyum saat suara desahan kecewa Doni terdengar.

"Yahhhh..." Doni menatap gue tak senang dan hal itu membuat Dokter Angel ketawa sambil tak lupa cewek itu mengambilkan salad ke piring gue.

Acara makan-makan itu diisi dengan gelak tawa saat Doni menyanyi rap dengan semangat. Entah apa yang dia ucapkan tapi yang jelas mampu membuat siapa aja ketawa. Pun gue. Karena beneran selucu itu.

Dan di sebelah gue, Dokter Angel yang ikut ketawa menutup mulutnya dengan anggun. Tapi saat melihatnya, gue malah ingat orang lain yang ketawanya berbanding terbalik. Ketawa Kaluna jelas gede banget dan tanpa sensor.

Si bar-bar yang sengaja gue abaikan panggilan telfonnya tadi. Feeling gue nggak jauh-jauh bilang kalau dia pasti mau ngerepotin gue kayak yang udah-udah.

Bisa nggak sih dia nggak ganggu gue sehari aja?

Sering dekat-dekat sama dia bikin gue ketiban sial mulu.

Bodo lah.

Memastikan semua urusan shelter selesai, gue pamit untuk bertemu teman sesama penyelam yang lagi nongkrong di warkop nggak jauh dari shelter.

"Makasih ya Dok udah datang hari ini, juga buat makan siangnya." Kata gue waktu Dokter Angel juga udah siap untuk pulang dan tengah menunggu sopirnya.

Dokter Angel mengangguk dan tersenyum. Manis. Kek sari bunga warna merah yang icip waktu kecil.

"Saya duluan ya Dok? Kalau butuh apa-apa, langsung telpon saya aja."

"Siap Mas."

Gue akhirnya bertemu Mas Fatih teman sesama penyelam. Banyak sertifikasi selam yang bareng gue dapatkan bersama Mas Fatih. Dan di pembicaraan itu, kami membahas untuk secepatnya pergi menyelam bersama. Mas Fatih juga berencana mau adopsi herder total black dari shelter gue. Obrolan yang nyatanya membuat gue nggak sadar kalau langit udah gelap dan gue harus pulang karena sejak pagi sama sekali belum mandi. Untung tadi pake parfum mahal dari Ganesh.

Mengendarai motor matic Mang Cep di tengah kemacetan, gue menikmati suara klakson diiringi makian-makian yang nggak asing itu. Lucu aja. Menghibur.

Sampai di rumah hampir tiga puluh menit kemudian, gue mendapati makanan di atas meja.

Alive or Alone (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang