BAB - 6 - Gloryo

155 11 1
                                    

Gue berakhir di jemput oleh Sangga untuk berkumpul dengan yang lain di sebuah apartemen miliknya. Tempat yang kami semua gunakan sebagai tempat yang paling aman dan nyaman. Dan di sana, Ludy dan Nudo sudah menunggu dengan satu krat Coca-Cola asli Amerika yang gue inginkan. Hal yang dijanjikan Sangga saat beberapa hari lalu dia kembali dari negara itu. Yang entah kenapa rasanya jauh lebih enak dari yang buatan Indonesia.

"Yo mah' jagoff!" Gue menyapa mereka sebelum ikut bergabung di sofa kulit asli itu.

"Kalian tahu di mana gue jemput si anjing ini?" Sangga duduk nyaman di sebelah gue sambil menatap Ludy dan Nudo. "Apartemen."

"Kalibata?" Nudo bersuara.

Kenapa harus Kalibata sih?

"Gue kira lo telat ngumpul karena habis main trampolin, atau minimal gunting kuku monyet lo lah, taunya Lo!" Ludy si adik ipar kurang ajar itu melempar bantal sofa ke arah wajah gue sebelum akhirnya gue menghindar.

"Lo ingat si Kaluna kan yang kemarin di tanya Ganesh?" Gue membuka satu kaleng pepsi dan meneguknya dengan hikmat.

"Terus?" Tanya Ludy setelah meniup asap rokoknya.

"Ya gue ke sana karena di minta Mami anter bika ambon!"

Tatapan Nudo langsung terarah pada gue dengan sorot jenaka tidak percaya andalannya. "Antar Bika Ambon ke Kalibata?"

"Siapa yang ke Kalibata bangsat?!" Gue menatap Nudo jengah.

"Siapa Kaluna?" Dan Sangga tentu saja sangat tertarik jika itu sudah menyangkut wanita. Dia sampai mendekat sambil menjulurkan kepalanya ingin tahu.

Gue sudah langsung mendorong kepalanya menjauh karena nafas penuh hawa nafsu saat dia mendengar nama wanita membuat gue risih. "Mana gue belum jadi beliin bibit ikan bawal buat Mami lagi." Bahkan gue baru teringat hal itu. Salahin aja Kaluna yang ngerepotin gue buat merakit perabot-perabotnya.

"Makanya jangan bawal lo!"

"BAWELLL..." Nudo yang sabar pun mengoreksi. Nggak kek gue dan Lud yang seolah nggak mendengar apa-apa. Joke murahan yang bikin telinga gue aja males denger saking garingnya.

Iya, garing. Sangga emang paling seneng kalau ada yang ngeh dan mengoreksi joke andalannya yang kek itu. Bahkan sekarang dia udah senyam-senyum natap Nudo dengan penuh penghargaan. Itulah dia Yang dipertuan agungkan Den Mas Sangga 'Leboy' Sanulingga, teman kami si penjahat kelamin. Kami biasa singkat memanggilnya leboy atau si ntot. Ngentot. Soalnya lihat batang pisang yang ada lubangnya, mungkin juga hayo dia. Bahkan saking banyaknya cewek yang dekat dengannya, tadinya membuat gue berpikir kalau Sangga ingin membuat agensi.

Gue nggak mau mengakui ini, tapi nyatanya Sangga adalah salah satu aktor tanah air yang ikut membawa nama Indonesia ke ranah Internasional lewat perannya di sebuah film indie beberapa tahun lalu. Karakternya sebagai psikopat di film itu bahkan membuatnya memenangkan banyak sekali penghargaan di berbagai festival mancanegara. Sejak saat itulah namanya mulai dikenal di dalam negri. Semakin di kenal saat nggak lama kemudian dia bermain di sebuah film garapan sutradara terkenal Indonesia dengan karakter keterbelakangan mental yang kembali mendapat perhatian global. Dan lagi-lagi, dia mengoleksi banyak penghargaan untuk itu. Kami semua sejujurnya nggak nyangka dia akan seserius itu dalam hal seni peran yang katanya dia tekuni hanya untuk iseng. Bahkan awalnya dia hanya mencoba-coba di film indie dengan budget terbatas. Begitulah, jalan Sangga selalu sangat mulus mengalahkan saat memakai hand and body. Dua film pertama dan begitu saja membuat namanya besar, nggak bikin si Leboy itu nerima semua tawaran bagus yang kemudian datang padanya. Sangga si garing yang kami kenal nyatanya cukup idealis untuk apa yang dia  kerjakan saat ini. Dia harus sangat suka sekali dengan karakter yang ditawarkan sebelum akhirnya menerimanya. Nggak peduli berapapun angka yang bisa dia dapatkan, karena bagi Sangga, uang bukanlah segalanya.

Alive or Alone (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang