The space between

31 6 0
                                    

San terbangun dengan kepala berdenyut-denyut di tengah hamparan galaksi yang luas. 

Bukan karena gravitasi buatan yang salah, melainkan karena sebuah insiden kecil—lebih tepatnya, dirinya terpental dari gravitasi nol beberapa jam yang lalu.

"San, tolong jangan bilang kau mencoba menantang gravitasi nol lagi," suara Seonghwa terdengar melalui interkom.

San mengernyit, berusaha tidak menjawab. Ia melirik ke arah layar kecil yang memantau seluruh bagian kapal. Di sisi lain, Seonghwa tengah bersandar di kursi kaptennya dengan ekspresi mencela yang sudah sangat familiar.

"Kalau aku bilang tidak, apa kau akan mempercayainya?" jawab San akhirnya, mencoba menghindari kontak mata dengan kamera.

"Kalau aku bilang ini kali ketiga aku menemukanmu dalam situasi seperti ini, apakah itu akan membuatmu merasa bersalah?"

San hanya mendengus dan menekan tombol untuk membuka pintu ruangan observasi. Dengan sedikit terseret, ia berjalan menuju kokpit utama.

Seonghwa menoleh saat San masuk, lalu melemparkan sebuah handuk kecil ke arah pria yang lebih pendek itu. "Setidaknya bersihkan wajahmu. Kau terlihat seperti habis berkelahi dengan asteroida."

San memutar mata, tapi menuruti perintah itu. "Aku hanya ingin tahu bagaimana rasanya berada di gravitasi nol tanpa sabuk pengaman. Aku kira ilmuwan sepertimu akan menghargai rasa ingin tahuku."

Seonghwa memijat pelipisnya. "Ilmuwan sepertiku lebih menghargai kru yang tahu kapan harus berhenti bereksperimen dengan nyawanya sendiri."

Ada jeda di antara mereka, hanya diisi dengan suara mesin kapal yang berderak pelan. San melirik ke arah Seonghwa yang sibuk memeriksa layar-layar kontrol di depannya. Rambut perak Seonghwa terlihat seperti memantulkan cahaya dari luar jendela kapal.

"Jadi, ada masalah apa kali ini?" tanya San akhirnya, mencoba mencairkan suasana.

"Masalahnya adalah kau selalu membuatku khawatir." Seonghwa melirik ke arahnya sekilas, sebelum kembali fokus pada monitornya. "Tapi kalau kau bertanya soal kapal, kita punya celah kecil di ruang penyimpanan bahan bakar. Aku sedang mencoba menutupinya sebelum gravitasi nol mengisap kita ke luar angkasa."

San menggigit bibirnya, merasa sedikit bersalah. "Maaf soal tadi. Aku tidak bermaksud membuatmu khawatir."

Seonghwa berhenti mengetik untuk sesaat. Ia menoleh ke arah San, tatapannya lembut tapi tegas. "Kau tahu, aku tidak keberatan dengan semua eksperimen gilamu. Tapi aku keberatan kalau itu berarti kehilangan dirimu, San."

San terdiam. Kalimat itu menggantung di udara, seperti gravitasi nol yang terus memisahkan mereka.

"Astaga, kau terlalu serius, kapten." San mencoba bercanda untuk menutupi rasa gugupnya, tapi nadanya terdengar terlalu lemah untuk meyakinkan.

Seonghwa tersenyum kecil. "Karena aku serius."

"Ah...," San menggaruk belakang kepalanya. "Jadi, bagaimana cara menutup celah itu? Aku bisa membantu."

Seonghwa mengangkat alis. "Kau ingin membantu? Setelah insiden gravitasi nol? Itu ide yang buruk."

"Tapi aku ingin mencoba." San berdiri lebih tegak, meski tubuhnya lebih kecil dibanding Seonghwa. "Aku tidak mau terus merepotkanmu tanpa melakukan apa-apa."

Mata Seonghwa menyipit, tapi ia tidak mengatakan apa-apa. Hanya dengan satu gerakan tangan, ia menyuruh San mengikutinya ke ruang penyimpanan bahan bakar.

Ruang penyimpanan bahan bakar dingin dan penuh dengan suara gemerisik dari kabel-kabel yang longgar. Celah kecil di dinding terlihat seperti titik hitam kecil, tapi cukup berbahaya jika tidak segera ditangani.

"Pegang ini," kata Seonghwa, menyerahkan alat pengelas portabel kepada San.

San memegangnya dengan hati-hati. "Apa ini aman?"

"Kalau kau tidak membakar dirimu sendiri, ya, ini aman."

Mereka berdua bekerja dalam diam selama beberapa menit. San mencoba mengimbangi gerakan Seonghwa yang cekatan, meskipun kadang ia merasa terlalu lambat. Sesekali, Seonghwa melirik ke arahnya untuk memastikan semuanya baik-baik saja.

"Aku suka saat kita bekerja sama seperti ini," kata San tiba-tiba.

Seonghwa menghentikan gerakannya. "Maksudmu?"

"Yah, biasanya kau hanya memarahi atau mengomeliku. Tapi kali ini, aku merasa seperti... partner-mu," kata San sambil tersenyum kecil.

Seonghwa tertawa pelan. "Kau memang partner-ku, San. Bahkan saat aku memarahimu."

Mereka saling menatap selama beberapa detik, sebelum San akhirnya berkata, "Kau tahu, aku ingin tetap berada di sisimu, meskipun di luar angkasa tidak ada gravitasi untuk menyatukan kita."

Seonghwa menatapnya dalam, lalu menyentuh bahu San dengan lembut. "Kalau begitu, jangan biarkan gravitasi memisahkan kita. Tetaplah di sini, di sisiku."

San tersipu, tapi ia mengangguk pelan. "Oke, kapten."

Dan untuk pertama kalinya, ruang di antara mereka terasa tidak terlalu jauh.

Sanzzy Episode • All × SanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang