San menatap pantulan dirinya di cermin besar di kamar asramanya.
Rambutnya masih basah setelah mandi, berantakan dengan cara yang membuatnya tampak lebih muda dari usianya. Ia memiringkan kepala sedikit, menilai apakah kemeja putih polos yang dikenakannya terlalu sederhana.
“Ini hanya makan malam biasa,” gumamnya pelan, seolah mencoba menenangkan diri.
Tapi siapa yang ia bohongi? Tidak ada yang biasa tentang makan malam ini. Ini adalah makan malam dengan Jung Yunho.
San meraih botol parfum favoritnya di meja, menyemprotkan sedikit ke lehernya. Sebelum ia bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengan kecemasan, ponselnya bergetar di meja.
Yunho: Aku sudah di depan asramamu. Jangan lama-lama, ya.
San menarik napas panjang sebelum menjawab, “Aku turun sekarang.”
Ketika San melangkah keluar dari pintu utama asrama, udara malam yang sejuk menyambutnya. Yunho sudah berdiri di sana, mengenakan jaket denim yang terlihat pas di tubuhnya yang tinggi dan atletis. Rambutnya berantakan, tapi justru itu yang membuatnya tampak lebih menawan.
“San,” panggil Yunho dengan senyum yang langsung membuat hati San terasa hangat.
“Hai,” balas San, suaranya sedikit lebih pelan dari yang ia harapkan.
Yunho memperhatikan San dari ujung kepala sampai ujung kaki, lalu tersenyum lebih lebar. “Kau terlihat bagus malam ini.”
San merasakan wajahnya memanas, tapi ia berpura-pura mengabaikannya. “Kau juga.”
Mereka berjalan bersama menuju restoran kecil yang ada di dekat kampus, suasana malam itu terasa santai tapi juga penuh dengan energi canggung yang sulit diabaikan. Yunho, seperti biasanya, memimpin pembicaraan dengan cerita-cerita lucunya tentang kehidupan di kampus dan teman-teman mereka.
“Kau tahu, aku hampir terlambat tadi karena Wooyoung memaksa meminjam jaketku. Dia bilang aku tidak tahu cara berpakaian,” kata Yunho sambil tertawa.
San ikut tertawa, meskipun ia sebenarnya merasa gugup. Ia selalu merasa sedikit kecil di samping Yunho yang penuh percaya diri. Tapi itulah yang membuat Yunho begitu menarik—ia membuat segalanya terasa mudah.
“Dan aku yakin kau tetap memberikannya, kan?” kata San, menatap Yunho dengan senyum kecil.
“Tentu saja,” jawab Yunho dengan nada dramatis. “Aku terlalu baik untuk mengatakan tidak.”
San menggelengkan kepala. “Kau terlalu baik, itu benar.”
Yunho menatap San, senyum di wajahnya perlahan berubah menjadi sesuatu yang lebih lembut. “Dan itu alasan kenapa aku ingin makan malam denganmu malam ini.”
San menghentikan langkahnya, menatap Yunho dengan bingung. “Apa maksudmu?”
“Karena aku ingin memastikan kau tahu betapa aku menghargaimu, San,” jawab Yunho dengan nada serius.
San terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Tapi sebelum ia bisa mencari jawaban, Yunho melanjutkan.
“Kau selalu ada di sisiku, bahkan ketika aku terlalu sibuk untuk menyadarinya. Dan aku rasa… aku ingin memperbaiki itu,” kata Yunho.
San merasa dadanya berdebar kencang. “Yunho, aku…”
“Aku tidak memaksamu untuk menjawab sekarang,” potong Yunho cepat. “Aku hanya ingin kau tahu bagaimana perasaanku.”
San mengangguk pelan, mencoba menyembunyikan senyum yang mulai muncul di wajahnya.
Setelah makan malam yang terasa lebih seperti mimpi, Yunho mengantar San kembali ke asrama. Mereka berdiri di depan pintu masuk, udara dingin membuat napas mereka terlihat seperti uap kecil di udara.
“Terima kasih sudah mau keluar malam ini,” kata Yunho, suaranya lembut.
“Harusnya aku yang berterima kasih,” balas San, menatap sepatu ketsnya sendiri.
Yunho mendekat sedikit, membuat San mendongak untuk menatapnya. “San, aku tahu aku mungkin tidak selalu tahu cara menunjukkan perasaanku. Tapi aku ingin kau tahu satu hal.”
“Apa itu?” tanya San dengan suara pelan.
Yunho tersenyum, tatapannya penuh dengan kehangatan. “Kau selalu indah di mataku. Dari dulu, sampai sekarang.”
San merasa seluruh tubuhnya memanas, tapi ia tidak ingin menghindar lagi. Dengan sedikit keberanian yang ia miliki, ia berkata, “Dan kau selalu membuatku merasa istimewa, Yunho.”
Yunho menatapnya dengan ekspresi yang sulit dijelaskan, lalu perlahan mengulurkan tangan untuk meraih tangan San.
“Kalau begitu, izinkan aku membuatmu merasa seperti itu setiap hari,” kata Yunho, suaranya nyaris seperti bisikan.
San tersenyum, matanya mulai basah.
“Aku pikir aku bisa menerima itu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Sanzzy Episode • All × San
FanficSanzzy: a pun intended from Snazzy bottom!San / San centric Drabble collection; around 500 words/chapter May contains mpreg ©2020, yongoroku456