26

347 30 0
                                    

-Hurt-

ʚ ═══・୨ ꕤ ୧・═══ ɞʚ ═══・୨ ꕤ ୧・═══ ɞ

"Sayang bukankah terlalu cepat? Jeno bahkan masih sekolah"

"Hei ini kan hanya sekedar perkenalan saja, selebihnya masih aku yang mengurus perusahaan sayang. Aku hanya ingin memperkenalkan Jeno sebagai calon pemimpin perusahaan selanjutnya"

Sepasang suami istri itu kini sedang berdebat di kamar mereka karena keputusan Donghae yang menurut Tiffany terlalu terburu-buru.

"Apa kau sudah bertanya pada anak mu soal itu?"

Donghae menggeleng, "belum, tapi Jeno pasti mau"

Tiffany menghela nafas kasar, "bukan kah akan lebih baik bertanya dahulu? Jeno akan merasa dihargai karena kau meminta pendapatnya terlebih dahulu"

Donghae terdiam, benar kata istrinya Jeno pasti akan merasa lebih di hargai.

"Baiklah besok aku akan bertanya pada Jeno"

Tiffany tersenyum dan memeluk suaminya, "ayo tidur"

Donghae ikut tersenyum dan membalas pelukan sang istri.

"Jeno dady ingin bicara"

Donghae menatap sang putra yang sedang mengecek beberapa berkas yang Donghae berikan padanya.

"Ingin bicara apa dady?"

"Ayo masuk ke ruangan dady"

Jeno menurut dan mengikuti langkah lebah ayahnya masuk ke dalam ruangannya.

"Kemari, duduk di sini" Donghae meminta Jeno untuk duduk di kursinya

Jeno lagi-lagi hanya menuruti perintah ayahnya.

"Bagaimana perasaan mu?"

Jeno menatap ayahnya bingung, "perasaan ku?"

"Iya perasaan mu, apa kau suka duduk di kursi itu?"

Jeno terdiam sejenak, memproses kalimat yang keluar dari lisan sang ayah.

Jeno melebarkan matanya, "dad ini..."

"Kau yang akan menjadi pemimpin setelah dady, apa kau keberatan son?"

"Kenapa dady harus bertanya?? tentu saja aku tidak keberatan, apapun yang dady mau Jeno akan ikuti"

Donghae tersenyum mendengar respon putranya, "kalau begitu besok kita adakan pesta untuk pengenalan mu"

Jeno terssenyum dan mengangguk, "baik dady"

"Yasudah ayo kita pulang, kita harus bicarakan ini pada momy dan juga Mark"

"Pulang? dady ini masih jam kerja, dokumen yang dady berikan bahkan belum selesai"

Donghae mengibaskan tangannya, "hais tidak perlu, kita boss nya. Nanti bisa di urus yang lain"

HURT - ( JENSELLE )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang