34

412 43 16
                                    

-Hurt-

ʚ ═══・୨ ꕤ ୧・═══ ɞʚ ═══・୨ ꕤ ୧・═══ ɞ

Setelah kejadian kemarin, Jeno sama sekali tak pernah bicara pada Aeri. Bahkan sudah terhitung nyaris 2 minggu ini, Jeno selalu pulang dini hari.

Aeri tak dapat berbuat apa-apa, ia tidak cukup berani untuk sekedar bertanya dari mana laki-laki itu.

Hari ini adalah hari sabtu, baik Jeno maupun Aeri kini sedang libur. Namun Aeri khawatir, sebab dari pagi Jeno belum keluar dari kamarnya sedangkan saat ini sudah menunjukan pukul 8 malam.

Aeri mengehela nafasnya, ia bepikir untuk mencoba bicara pada suaminya. Ia terus meyakinkan dirinya jika semua akan baik-baik saja.

Perlahan kaki jenjangnya bergerak menuju kamar Jeno. Ah ya, gudang yang ada di apartemen Jeno kini sudah di bereskan dan di sulap menjadi kamar tidur untuknya.

Aeri sangat ragu untuk mengetuk pintu berwarna putih tulang itu, namun ia terus meyakinkan dirinya bahwa itu bukan masalah.

tok tok

"Jeno"

1

2

3

Tak ada jawaban dari dalam, Aeri bimbang namun kembali mengetuk pintu kamar Jeno.

tok tok

"Jen-"

Pintu itu terbuka, menampilkan Jeno dengan wajah pucat dan juga juga mata sayu nya.

"Jeno!!"

Jeno nyaris saja limbung jika tidak ada Aeri yang menahan tubuhnya.

Dengan susah payah, Aeri membawa tubuh yang nyaris hilang kesadarannya itu menuju ranjang.

Perlahan Aeri membatu Jeno berbaring di kasur miliknya.

"Jen hey buka mata mu, kau kenapa?" Aeri panik saat Jeno menutup matanya

"Shh K-kepala ku s-sakit" Jeno meringis sembari memegangi kepalanya

Aeri mencoba mengecek suhu tubuh sang suami.

"Kau demam Jen"

Aeri perlahan turun dari ranjang dan pergi ke dapur untuk mengambil air dan juga kain.

Aeri kembali masuk ke dalam kamar dan bergerak ke lemari Jeno. Jemari lentik itu mengambil asal pakaian milik sang suami.

Aeri kemudian duduk di samping Jeno dan mencoba melepas kaos atasan yang di pakai Jeno.

Jeno menahan tangan Aeri, "k-kau mau apa?"

"Kau harus ganti, bajumu sudah basah di penuhi peluh. Ayo aku bantu"

Jeno kemudian melepaskan tangan Aeri dan membiarkan Aeri berbuat semaunya.

Setelah Jeno sudah berganti baju, Aeri kemudian membasahi kain yang sudah ia bawa dan menaruhnya di atas dahi Jeno.

Setelah itu Aeri kembali keluar dari kamar Jeno tanpa bicara apapun.

Jeno yang memang sudah lemas memilih untuk menutup matanya dan pergi ke alam mimpi.

Selang 30 menit, Aeri kembali ke kamar Jeno dengan membawa semangkuk sup dan juga segelas air putih serta tak lupa obat untuk Jeno.

Aeri mengguncang pelan tubuh Jeno, "Jen bangun, ayo makan dulu"

Jeno perlahan membuka kelopak matanya dan melirik Aeri.

"Aku tidak nafsu" ucap Jeno lemah

"Kau harus makan, setelah itu minum obat. Ayo bangun aku bantu"

HURT - ( JENSELLE )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang