-Hurt-
ʚ ═══・୨ ꕤ ୧・═══ ɞʚ ═══・୨ ꕤ ୧・═══ ɞ
"Aeri apa kau baik-baik saja? yang mana yang sakit? beritahu aku dimana yang sakit? Aeri aku-"
"Karina sudah, aku baik-baik saja"
Sungguh rasanya Aeri sangat senang saat Karina kembali bicaranya padanya.
Aeri sudah sadar sejak beberapa jam yang lalu dan sekarang ia tengah di temani oleh Karina, karena sang ayah sedang keluar sebentar mencari makanan katanya.
"Hiks... hiks.. kau ini jahat sekali!! kenapa selalu membuatku khawatir sih?! hiks... kau tau? rasanya jantung ku ingin copot saat melihat mu terkapar di lantai dengan darah yang begitu banyak" Karina kembali terisak saat mengingat kejadian tadi siang
"Sstt anak cantik tidak boleh menangis, lihat mata mu jadi bengkak. Nanti jadi tidak cantik lagi"
Dengan lemah Aeri mengangkat sebelah tangannya dan menghapus air mata Karina.
Bukannya berhenti Karina malah tambah terisak karena mendapatkan perlakuan seperti itu dari Aeri, sungguh rasanya Karina benar-benar menyesal mendiami Aeri selama beberapa hari ini.
"Hiks.. hiks.. Aeri tolong maafkan aku, maaf karena terlambat menolong mu... hiks.. harusnya aku tidak perlu merajuk seperti itu kan? kekanakan sekali.. hiks.. Aeri maafkan aku" Karina menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya
"Hei hei jangan menyalahkan diri mu, yang kau lakukan sudah benar. Kau sudah jujur padaku tentang apa yang kau rasakan dan yang harusnya meminta maaf itu aku. Maaf karena selalu menyusahkan mu Rina-ya"
Karina menggeleng kuat, "tidak, tolong jangan katakan hal semacam itu lagi. Kau sama sekali tidak mengusahkan, maaf jika perkataan ku menyakiti mu. Tapi tolong jangan berpikir seperti itu lagi"
"Sudahlah apa kau tidak lelah terus meminta maaf? yang berlu biarkan berlalu" Aeri tersenyum dan mencubit kecil pipi Karina
"Ayo tersenyum, wajahmu terlihat sangat jelek jika menangis begitu"
Karina mendengus, "enak saja! aku cantik tau"
"Hmm sangat cantik, jadi tersenyumlah agar kadar cantik mu bertambah berkali-kali lipat"
"Wahh kau belajar bahasa seperti itu dari mana? terlihat bukan seperti Aeri ku"
"Rahasia"
"Cih sok misterius sekali"
Keduanya kemudian saling melempar senyuman dan sesekali tertawa bersama, tak ada yang menyadari jika seseorang diam-diam tersenyum mendengar percakapan mereka.
Kim Jongin, ayah Aeri mendengar dari awal obrolan kedua remaja itu. Terkesan tidak sopan memang, namun awalnya itu tidak sengaja.
Saat ingin membuka ruang rawat anaknya, ia tak sengaja mendengar isakan seseorang dari dalam dan ia mengurungkan niatnya untuk membuka ruangan.
Ia tersenyum mendengar bagimana sang puteri yang terdengar begitu lembut, persis seperti mendiang sang istri.
Tak terasa sebulir cairan bening keluar dari pelupuk mata ayah satu anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT || Jenselle
Fanficaku tak pernah menyesal karena memberi seluruh hatiku padamu -Kim Aeri kau mengisi ruang kosong di hatiku dengan sempurna -Lee Jeno