-Hurt-
ʚ ═══・୨ ꕤ ୧・═══ ɞʚ ═══・୨ ꕤ ୧・═══ ɞ
Tiffany dan juga Aeri berjalan cepat menuju kamar rawat Jeno, Donghae baru saja mengabari mereka jika Jeno sudah sadar dan kedua perempuan itu langsung bergegas setelah mendapat kabar.
"Aeri perlahan sayang, ingat aegi" ucap Tiffany saat Aeri berlari kecil
Aeri tersadar kemudian memelankan langkahnya.
Saat tiba di ruang rawat Jeno, Tiffany segera masuk dan melihat kondisi putra bungsunya. Sedangkan Aeri hanya terdiam di depan pintu, ia ragu untuk masuk karena merasa semua ini adalah salahnya.
"Aeri"
Aeri menoleh dan mendapati Donghae dan juga ayah nya yang berjalan mendekat padanya.
"Kenapa tidak masuk sayang?" tanya Donghae
"Paman aku-"
"Dady, panggil aku dady" koreksi Donghae
"Ah iya m-maksudku dady. Eum aku memberi ruang untuk momy agar bicara pada Jeno dad" ucap Aeri
"Tidak perlu takut, setelah ini ayo temui Jeno" ajak Donghae
Aeri ragu namun mau tidak mau harus mengangguk.
Selang 15 menit, Tiffany keluar dari ruang rawat Jeno.
Aeri yang sedari hanya duduk termenung kini berdiri dan menatap ke arah Tiffany.
"Aeri"
"Ya mom?"
"Masuklah sayang, Jeno meminta mu untuk masuk"
Aeri sempat terkejut, namun akhirnya dengan ragu ia berjalan masuk.
ceklek
Aeri membuka pintu dengan sangat hati-hati, ia melirik ke arah Jeno yang sedang menutup matanya. Perlahan kaki jenjangnya berjalan maju dan mendekat pada brankar milik Jeno.
"J-jen" panggil Aeri begitu pelan
Namun Jeno dapat mendengarnya, ia membuka matanya dan menatap Aeri datar.
"M-momy m-memberi tauku, k-kau ingin bicara padaku?"
"Ayo menikah"
Aeri membulatkan matanya, apa dia sedang bermimpi? semudah itu Jeno mengatakan 'ayo menikah' padanya.
"Jen"
"Tidak perlu banyak bicara, ini aku lakukan karena permintaan dady dan momy ku"
Aeri terdiam, ia merasa sedikit sedih karena Jeno terpaksa menikahinya, tentu saja apa yang ingin ia harapkan? Jeno jelas tidak menginginkan kehadirannya.
"Kapan?"
"Setelah aku keluar dari sini"
Well kondisi Jeno memang belum stabil, namun sudah jauh lebih baik dari keadaan sebelumnya. Mungkin ia akan mendekam di kamar rawatnya sekurang-kurangnya 3 hari.
"A-apa tidak terlalu cepat?" tanya Aeri
Jeno berdecak, "seharusnya kau bersyukur! aku masih mau bertanggung jawab padamu dan anakmu... akh shit, sakit sekali"
Aeri reflek maju saat Jeno memegangi kepalanya, "Jen kau baik-baik saja?"
"Apa matamu buta? shhh aku begini juga karena dirimu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT - ( JENSELLE )
Fanficaku tak pernah menyesal karena memberi seluruh hatiku padamu -Kim Aeri kau mengisi ruang kosong di hatiku dengan sempurna -Lee Jeno