7. Daniel ~ Gue kembali utuh

11K 614 16
                                    

"Gue sama Tari mau ke Mall. Nissa ikut, lo gak mau gabung? "

"Gue mandi dulu. sms tempatnya."

Balas gue ke Gilang.

Tari sama Gilang sudah jadi mak comblang berkarat ngurusin gue sama Nissa selama berbulan-bulan tanpa hasil yang baik. Nissa belum juga luluh sama gue. Sama sekali gue gak bisa ngebaca sikapnya. Ya sekarang gue ikutin apa maunya, sambil nyari tahu sela biar gue bisa buka hati si alien dari Neptunus itu.

Jangan kira gue akan nyerah.
Not that easy!

Gue udah biasa mecahin semua masalah. Gue pasti bisa taklukin dia.

Sooner or later.

Ya, selama ini masalah yang gue hadapi bisa gue pecahin dengan cepat dan tepat, tapi tidak dengan Nissa. Gue belum bisa nebak isi kepalanya.

Apalagi isi hatinya?

Bulan lalu dia ngajak gue jalan dan akhirnya kita ke rooftops apartement gue. Dia kelihatan senang, sering senyum bahkan tertawa. Tapi setelah itu dia balik lagi kayak biasa sama gue. Gue gak tau apa maunya. Malah lebih parah, dia menghindar kontak mata sama gue.

Gue sampe di coffeeshop mall dan langsung ke meja Gilang. Nissa belum ada, syukurlah. Selang lima menit dia datang dan duduk di samping gue

"Hai, Niel!" Sapanya sambil senyum.

Gue kagetlah, dia jarang senyum -kecuali di rooftops bulan lalu -apalagi nyapa gue duluan. Mungkin gue perlu buat tenda di rooftops trus ngurung dia disana biar dia senyum terus sama gue.

"Si Eneng wangi banget!" goda gue sambil ngendusin dia. Dia ngedorong wajah gue menjauh. Gue terkekeh geli ngeliat wajahnya yang memerah.

"Kamu mau minum apa?" tanya gue, gue juga belum mesen minum.

"Biar aku pesen sendiri. Kalian masih mau?" Dia ngeliat ke Gilang sama Tari, trus nanya ke gue "Kamu?"

Gue langsung bangkit dan nyeret dia ke meja kasir.

Cewek yang nerima pesanan kami sedari tadi ngelirik ke gue, masih muda dan lumayan manis, hati gue sudah milik Si Alien dari Neptunus ini.
Sorry!

"Carramel Macchiato, satu." kata Nissa pada pelayan itu, trus nengok ke gue. Saking seringnya tu kasir ngelirik gue, dagu gue langsung bersandar di bahu Nissa.

"Sama, Sayang," jawab gue.
Bahunya terangkat kaget "sebentar." tambah gue pelan biar dia gak nonjok atau nendang gue. Dia nurut dan nengok ke kasir yang terang-terangan senyum sambil ngelirik ke gue. Lagi.

"Carramel Macchiato, dua. Croissant Almond, dua."

"Aku pengen croissant isi keju." kata gue manja. Kapan lagi gue bisa bermanja-manja sama Nissa?

"Satu Croissant Almond, satu keju." ulang Nissa.

"Baik. Dua caramel Macchiato. Satu Croissant Keju, Satu Almond. Ada lagi?" kata wanita di depan kami itu.

Nissa ngelirik gue dan gue menggeleng. Si wanita nyebutin jumlah pesanan kami dan gue ngeluarin dompet, begitu liat Nissa akan membayar, keusilan gue muncul.

"Itu duit buat susu anak kita, ih. Jangan dibuat jajan!" dengan cepat gue ngasih duit gue ke si kasir itu, wajah Anissa memerah tapi dia nahan diri. Gue nahan kekehan gue, takut rambut gue dijambak di depan umum.

"Anak kita belum lahir dan susu hamilku juga masih banyak!" balas Nissa sambil mendelik ke gue. Gue tahan setengah mati tawa gue sambil nerima kembalian dari sang kasir.

DanissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang