21. Daniel ~ Camer

8.6K 485 0
                                    

Kami kembali ke Sanur setelah dari Swing. Mood gue off karena Alex yang mencoba mendekati Nissa terang-terangan tanpa rasa malu bahkan di depan gue dan Trian, untungnya Nissa ngerti kalo gue gak suka dan nunjukin ketidaktertarikannya pada Alex.

Itu bikin mood gue kembali baik ketika kami pulang. Gue udah minum dua gelas wine, bikin gue hati-hati menyetir, takut ada apa-apa. Kalo gue yang luka sih gak masalah. Tapi kalo Nissa, bisa mati berdiri gue.

Kami tiba di Villa jam satu malam. Nissa langsung bersihin diri dan ganti baju.

Gue ngetuk kamarnya dan langsung masuk ketika gue sudah dapat ijin.

"Kenapa?" tanyanya yang sedang menatap ponselnya.

"Gak," jawab gue lalu duduk disampingnya.

"Mas Abe sudah ngelamar Mbak Cheryl," beritahunya.

"Ih, kamarnya. Lebay banget, Mas Abe ya ampun! Playboy insaf!" cibir Nissa melihat gambar yang dikirim Mbak Cheryl. Gue ngintip dan Nissa langsung nyodorin ke gue ponselnya.

Gue gak heran kalo Nissa sebut Mas Abe playboy. Dia berparas tampan. Tubuhnya proporsional, tinggi. Dia punya appeal yang bikin cewek-cewek gak bisa nolak. Gue bisa liat itu. Tapi gue liat Mas Abe hanya natap ke Mbak Cheryl. Gak peduli cewek di sekitar kami banyak, Mas Abe seperti hanya melihat satu orang saja.

Gue harap orang lain, khususnya Nissa bisa ngeliat gue kayak gue ngeliat Mas Abe.

Gue menggeser foto yang dikirim Mbak Cheryl. Tempat tidur berhias mawar kuning dan mawar merah bertuliskan "Marry me?".

Cincinnya cantik.

Nissa memeluk pinggang gue dan menyandarkan wajahnya di lengan gue.

"Kenapa? Kamu pengen di lamar juga?" goda gue.

"Iya," jawabnya.

"Yang bener?"

"Tapi cincinnya yang gede ya?"

Gue ngakak.

"Ih, dibilangin!" protesnya.

"Segede apa mau kamu?"

"Segede hati kamu."

Gue kembali tertawa.

Ibu Galih lewat di depan pintu. Gue memang sengaja gak nutup pintu. Bu Galih tersenyum saat melihat kami. Gue mengangguk sekilas dan Ibu langsung menghilang. Nissa gak ngeliat Ibu karena wajahnya memandang ke belakang gue.

"Niel, kira-kira kita bisa bertahan lama gak?"

"Maksudnya?"

"Sampe kayak Mas Abe sama Mbak Cher. Nikah."

"Kita bakal sampe Kakek Nenek," janji gue.

"Gimana kalo kamu suka sama cewek lain?"

"Gak akan."

"Gimana kalo aku yang suka sama cowok lain?"

"Aku bakal buat kamu suka lagi sama aku."

"Emang bisa?"

"Pasti bisa."

Nissa terdiam. Gue juga mikirin kemungkinan kami pisah, tapi gue udah cinta mati sama dia. Gue gak mau wanita lain yang jadi pendamping gue saat gue menua.

"Cha?"

"Icha??" panggil gue. Dia gak jawab.

Gue ditinggal tidur.

Gue bergerak pelan dan membaringkan kepala Nissa di bantal. Dia malah memeluk lengan gue. Gue ikut berbaring. Ntar aja gue pindah.

*

DanissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang