29. Daniel ~ Kangen

9.4K 457 11
                                    




Jumat depan Nissa balik ke Malang. Itu Delapan hari sebelum acara Nikah Mbak Cheryl. Gue tahan supaya dia balik dua atau tiga hari sebelum acara, gue malah kena damprat dari dia.

Apes banget.

Ga tau kalo gue sebenarnya gak mau pisah lama-lama sama dia.

Waktu gue bilang sama dia kalo gue mau ikut ke Malang, dia makin marah. Katanya kalo gue ada di Malang, dia nanti gak konsen bantuin Mbak Cheryl karena harus ngurusin gue juga.

Emangnya gue anak umur tujuh tahun?

Pake di urusin??

Sejak kejadian gue minta dia sepenuhnya, gue semakin posesif ke dia. Dikit-dikit gue telpon atau mengekorinya kemana saja. Ada pria yang deket sama dia gue langsung marah. Bahkan si Tony hampir aja gue gebukin karena berani ngegodain si Nissa. Gue tahu Tony hanya bercanda, tapi gak tau kenapa gue kesel.

Gue pikir setelah dapetin dia seutuhnya Nissa bakal berubah lebih lunak ke gue.

Nyatanya?

Dia semakin tegas ke gue. Gak nanggung lagi kalo marah.

Minggu lalu dia bahkan mengusir gue dari kamarnya, membanting pintu kamarnya dan langsung menguncinya dari dalam karena gue gak mau pulang, padahal sudah jam sebelas malam.

Gue mau sama dia terus.
Apa gue salah?

Dia pacar gue. Milik gue!

"Niel, bisa singgah makan soto ayam gak?" tanya Nissa yang duduk di kursi penumpang mobil gue. Kita baru aja keluar dari parkiran kampus.

"Hmm.. " jawab gue.

"Kamu lapar juga kan?"

"Hm."

Nissa menoleh ke gue.

"Kamu masih marah?"

"Tauk!" jawab gue ketus.

"Ck! Daniel kamu makin hari makin kayak bocah!" tegurnya.

"Bodo!" kata gue sebel.

"Aku cabut bulu kaki kamu kalo kamu bersikap seperti bocah! Bocah gak pantes punya bulu kaki!"

Nissa menatap gue dengan pandangan mencibir.

Gue meringis membayangkan bulu kaki gue dicabut. Untung kalo pake pencukur elektrik? Kalo manual? Bisa mati konyol guenya!

"Ntar sore gak lupa kan, kita ngambil baju di Riana?" Nissa kembali mengingatkan.

"Aku gak pikun Anissa," ujar gue jengah.

Dia terus-terusan mengingatkan untuk ke Riana, tempat kami menjahit busana seragam untuk nikahnya Mbak Cheryl.

"Kali aja kamu lupa. Kalo sudah ngambek kan kamu sering pikun!" cibirnya lagi.

"Jangan mancing ya!" gue memperingatinya.

"Kamu ikan? Dipancing?" tanyanya tanpa dosa.

Gue berdecak kesal. Dia menahan kekehannya.

Gue parkir mobil di halaman warung soto Mang Ujang. Lalu keluar menyusulnya masuk ke warung.

"Mang. 2, makan disini ya," ujar Nissa ketika melewati Mang Ujang.

"Iya Neng. Yang biasa ya.." jawab Mang Ujang sambil melempar senyuman.

Setelah memesan, Nissa langsung menuju bangku kosong.

"Mas Daniel.." sapa Mang Ujang ketika manangkap sosok gue. Gue mengangguk sambil berdiri di depannya, melihat dia sibuk menyiapkan pesanan kami.

"Mas Daniel sudah pesan?" tanya istri Mang Ujang yang baru saja keluar menuju meja kasir dekat Mang Ujang. Heran melihat gue masih berdiri disitu.

DanissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang