44. Anissa ~ Es Krim

7.8K 424 4
                                    




"Hallo?"

"Sayang, Mama bisa ketemu kamu berdua gak?"

"Mah.." Aku mencoba mengelak.

Dua hari lalu Mama datang bersama Daniel di rumah tapi aku tidak mau bertemu mereka. Aku bilang pada Ayah bahwa aku takkan menikah dengan Daniel.

Apapun yang terjadi!

"Daniel gak tahu. Hanya kita berdua sayang, mau ya? Mama jemput? Setengah jam saja? Atau lima belas menit? Icha mau ya sayang?" pinta Mama memelas.

"Baiklah, Ma." aku mendesah pelan.

"Sore ini, gimana? Mama jemput jam empat?" saran Mama.

"Baiklah, Ma." jawabku.

"Makasih, sayang. Sampai ketemu ya."

"Iya, Ma."

Aku meletakkan ponselku yang baru dua hari ini kembali aku aktifkan di nakas. Tari hampir setiap saat menelponku menanyakan kabarku. Dia bertanya apa aku beneran hamil, aku jujur saja padanya. Tidak ada gunanya menyembunyikan kehamilanku jika orang yang sangat tidak aku inginkan mengetahuinya saja sudah datang ke rumahku.

Melamarku.

Tari terus-terusan memaki Daniel, dia mengabsen seluruh penghuni kebun binatang yang diingatnya. Tari juga bilang kalo Daniel menelponnya beberapa hari lalu tapi dia tidak pernah mau mengangkatnya, hingga Gilang memaksanya berbicara sama Daniel. Daniel bertanya apa aku hamil yang dibalas dengan makian bertubi-tubi dari Tari.

Ya, sahabatku itu mulutnya memang gak punya filter.

"Mbak, aku mau ketemu Mamanya Daniel sore ini. Dia mau jemput Icha." beritahuku pada Mbak Cheryl yang sedang membaca di sofa biru dalam kamar.

"Hm? Jemput kamu? Mau ngapain?" Mbak Cheryl membuka kacamata bacanya lalu menatapku yang berdiri di depannya.

"Iya. Setengah jam saja. Nggak tau mau ngapain. Palingan mau bujuk Icha biar mau nikah sama Daniel. Icha tetep gak mau." ucapku yakin.

Sebenarnya Mama gak perlu repot-repot bertemu denganku. Aku tetap dengan keputusanku tidak ingin menikah dengan Daniel.

Aku bahkan sudah bersumpah lebih baik aku mati daripada bersama Daniel lagi.

Mbak Cheryl menghembuskan nafas pelan.

"Mbak telpon Mas Abe ya? Biar Mbak sama Mas Abe yang nganterin kamu ke tempat pertemuannya. Kita gak ganggu kok."

"Mama Fanny mau jemput."

"Icha, Mbak telpon Mas Abe untuk antar kamu, atau Mbak telpon Ayah kalo memang kamu masih marah sama Mas Abe?"

Mbak Cheryl bener-bener mewarisi sifat tegas Mama. Itu yang membuatku selalu menuruti kata-katanya jika dia sudah tegas seperti ini.

"Baiklah. Jangan telpon Ayah." jawabku lalu kembali menelpon Mama untuk janjian di Tea House.

*

Mas Abe datang jam setengah empat dari kantornya. Dia sempat tersenyum minta maaf padaku tapi aku tidak membalasnya.

Aku masih kesal padanya!

Mas Abe dan Mbak Cheryl mengantarku ke Tea House dan menunggu hingga Mama datang. Ketika melihat Mama masuk, Mbak Cheryl dan Mas Abe berdiri, dan mengatakan akan menunggu di mobil hingga aku selesai sama Mama.

Mbak Cheryl dan Mama saling menyapa sekilas, sebelum Mama kembali berjalan mendekat ke mejaku.

"Duduk aja sayang." ucap Mama ketika aku akan berdiri menyambutnya.

DanissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang