28. Anissa ~ Finish what you've started

9.8K 419 8
                                    

Ini hasil revisi... Enjoy!

"I want you."

Di telingaku, tiga kata yang baru saja terucap dari bibir Daniel bibir jauh lebih menakutkan daripada tiga kata keramat yang sering di ucapkan olehnya.

Atau karena seringnya aku dengar kata 'I love you' dari bibirnya membuat ketakutanku padanya tiga kata itu berkurang?

Aku gak tahu.

Aku rasa karena sering mendengarnya malah menjadi candu buatku.

Jika dia lama tidak mengucapkan tiga kata itu, moodku bakal jelek dan dia akan selalu terlihat menyebalkan di mataku.

Aku akan selalu mendapatinya berbuat kesalahan bahkan yang tidak masuk akal sekalipun menurut otak berkaratku. Tapi aku dengan segala kebodohanku selalu saja bisa marah dan meledak-ledak padanya.

Hal yang selalu aku sesali kemudian ketika mendapati wajah Daniel berubah murung karena kemarahanku yang tidak dia ketahui apa penyebabnya.

Aku sadar sudah jatuh dalam pesona Daniel. Jatuh begitu dalam namun dengan egoku yang terlalu besar, aku selalu bisa menahan diri untuk tidak melompat dan menyerahkan diri dengan suka rela padanya.

Aku tahu akan datang saatnya Daniel memintaku sepenuhnya. Aku tahu selama ini dia berusaha keras menahan dirinya untuk menjagaku.

Daniel tetap bertahan meski selalu di goda oleh Tari. Tari bahkan sudah bercinta dengan Gilang sejak kencan mereka yang ke dua. Itu satu bulan setelah mereka kenalan. Sedang aku dan Daniel sudah kenal lebih dari tiga tahun lalu. Dan bersama dua tahunan ini, belum sekalipun bercinta. Hanya ciuman dan grepe-grepe sedikit.

Tari pernah bertanya padaku, namun aku menjawab belum siap dan tidak berani karena takut Daniel akan meninggalkan aku.

Kadang aku sangat menginginkan Daniel, namun dia selalu dapat menahan diri. Kadang aku sampai kesal dan langsung mengusirnya. Dia tidak pernah menyelesaikan apa yang dia mulai. Aku selalu digantung olehnya dan itu menyiksaku.

Aku pernah bertanya pada Tari apakah Daniel pernah bersama cewek lain selain aku. Mungkin untuk melepaskan kebutuhannya. Aku tahu cowok-cowok harus melakukan itu. Aku tidak sebodoh itu untuk tidak menyadarinya.

Menurut Tari dia belum pernah melihat Daniel bersama wanita lain. Tapi Tari sukses membuatku gila dengan menambahkan,

"Kita gak tahu cowok ya, Cha. Mereka selalu punya cara buat memenuhi kebutuhan mereka. Untungnya Gilang dapet semua dari gue, jadi gue gak perlu takut."

Aku langsung memaki dan melempar Tari dengan si Gery. Dia tertawa senang.

"Jangan dipaksakan kalo lo belum siap. Gue yakin Daniel gak bakalan ninggalin lo, tapi sebaiknya bukan itu alasan lo ngasih v-card lo. Tapi karena emang lo mau dan siap."

Aku memang menginginkan Daniel.
Aku ingin dia menjadi milikku seutuhnya.

Tapi,

Apakah aku siap?

Aku gak tahu bagaimana caranya memulai atau bagaimana harus merespon ketika akan memulai sesi make out. Aku memang sering membaca novel romantis tapi selalu melewatkan adegan-adegan make out.

Aku harus mengingatkan diriku sendiri untuk membaca dengan baik agar aku bisa merespon jika Daniel mulai mengambil langkah seperti ini.

Aku mengedipkan mata berkali-kali mengais kesadaranku yang hilang entah kemana.

Menatap kedua mata hitam Daniel yang sedang menatapku penuh permohonan.

Dulu, mata hitam itu sangat aku takuti. Aku takut tersesat di sana karena kehitaman mata Daniel bagaikan supermasive blackhole yang bisa menarikmu masuk kesana.

DanissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang