24. Daniel ~ Nicole

7.3K 466 8
                                    

Kekesalan gue ke Nissa menutupi rasa kangen gue yang mencekik. Dia dengan teganya gak ingin bicara sama gue di telpon.

Dia menutup telpon gue! Dua kali!!

Dua kali!!!

Tega kan?

Dia gak tahu, dada gue sakit karena inget dia.

Gue kangen beneran.

Martin dan Nicole nahan gue di London karena masih ada yang harus di beresin. Sekalian catching up karena gue udah hampir dua tahun gak ke London, tapi gue gak kuat jauh dari Nissa. Berpikir jika sebagian kerjaan gue yang belum kelar bisa gue kerjain dari Bandung, jadi gue gak buang waktu, langsung ke Bandara setelah hal-hal penting terselesaikan dengan baik.

Dan reaksi Nissa akan telpon gue apa?

Sungguh pacar yang kejam.

Gue udah bela-belain pake grab ke Bandung biar gak buang waktu untuk ngambil mobil yang gue tinggal di Jakarta, dia dengan santainya nutup telpon gue.

Dua kali!!!!

Oke, gue berlebihan.

Sebenarnya gue malu ngambek sama Nissa ketika ada Mama. Mama pasti lebih belain Nissa daripada gue. Gue tahu Mama sama Papa sudah lama mendeklarasikan kalo Nissa anak perempuan mereka, tapi kadang Mama keterlaluan membela Nissa. Mereka seperti sudah lupa kalo darah daging mereka itu sebenarnya gue!

Daniel Alfin Notonegoro!

Bukan Anissa Larasati Dunn!!

Dari namanya aja sudah ketahuan.

Nissa sudah banyak bawa perubahan di keluarga gue. Dia jadi semacam penetral antara gue dan orang tua gue. Kadang gue ngerasa lucu atas tekatnya yang kuat untuk ngedeketin gue sama Papa. Ada-ada saja tingkahnya.

Pernah, saat kami ke Jakarta, Mama mengajak kami makan siang di restoran yang ada di Notonegoro Tower, agar Papa gak bisa menolak dengan alasan sibuk. Nissa ngomong ke Papa,

"Pah, itu loh, Daniel dapat nilai A+ di UTS nya!" ucapnya antusias.

"Oh ya?" tanya Papa sambil mengangkat kedua alisnya, berakting. Padahal Papa tahu nilai A+ sudah jadi nilai tetapku sejak SD.

Aku mendengus melihat tanggapan Papa yang berusaha nyenengin Nissa.

"Iya, Pa. Papa kasi hadiah Daniel dong," Nissa memberi saran.

"Kan jarang banget dia dapat nilai perfect gitu!" tambahnya sambil menatap Papa dengan mata berbinar. Dia sempat mengedipkan mata ke gue yang bikin gue pengen banget ketawa ngeliat tingkahnya.

"Biar Mama yang kasi hadiah. Kamu mau hadiah apa, Sayang?" tanya Mama menatapku dengan senyumannya yang selalu bikin gue gak bisa marah sama dia.

"Gantiin mobil Daniel," jawab gue tanpa berpikir. Nissa langsung memukul lengan gue dengan keras. Bikin gue meringis kesakitan.

"Kamu bener-bener ya! Tuh mobil kamu ada berapa? Aku aja pusing liatnya!" bentaknya sambil memasang wajah sangarnya.

Mama dan Papa tergelak melihat gue di bully sama calon mantu mereka.

"Aku yang nerima hadiah, kok kamu yang sewot?" kata gue.

"Pa, Ma, jangan dengerin Daniel. Mending gak usah kasih kalo dia minta mobil lagi."

"Sirik!"

"Pah, ajak Daniel liburan kek. Papa sama Daniel berdua, atau bertiga sama Mama. Ke ancol bagus tuh. Atau universal studio. Daniel pasti senang," pintanya ke Papa seakan gue gak ada disitu.

DanissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang