49. Anissa ~ Anissa! Anissa!

8.5K 438 25
                                    

Song : Ailee Ft. Wheesang ~ That Woman


Daniel tidak membuang waktu.
Senin, dua hari setelah menikah, kami langsung pindah ke rumah baru. Daniel mengajakku sekitar jam sebelas setelah morning sickku berkurang.

Rumah yang baru dibeli Daniel ini terdiri dari dua lantai dengan empat kamar. Halaman depan yang luas dan penuh bunga dengan garasi untuk dua mobil.

Kata Daniel ini rumahku, dan aku harus merasa nyaman di dalamnya.

Dan ya, ketika masuk ke dalam, suasananya begitu menenangkan. Aku gak tahu bagaimana Daniel bisa mendapatkan rumah yang begitu bagus dalam waktu kurang dari satu minggu.

Memasuki rumah terdapat ruang tamu yang terlihat minimalis namun terlihat mewah, lebih dalam, ruang keluarga yang cukup luas dengan sofa berbentuk L dengan tivi layar datar raksasa. Terlihat dari kaca besar terdapat kolam renang berukuran kecil dengan dua kursi santai di pinggirnya. Kolam itu berada di samping rumah, berdekatan dengan kamar utama.

Dapur yang sangat cantik dengan jendela besar dari kaca sehingga kita bisa melihat halaman belakang rumah sambil memasak. Aku tidak begitu pandai masak tapi aku menyukai dapur rumah ini.

Ibu titik sedang sibuk memasak, tercium aroma ayam semur.

"Ibu masak apa?" sapaku pada Ibu Titik.

"Semur ayam, Non."

"Hm,, wangi banget Bu."

"Saya langsung siapin makannya, kalo Non Nissa mau makan."

"Nanti aja Bu."

Daniel mengajakku masuk ke kamar utama, kamar kami.

Di dalamnya cukup luas dan belum banyak perabotannya, hanya tempat tidur king size dengan seprei putih bersih dan nakas berwarna crem. Nakas memanjang di dua sisi tempat tidur hingga ke kedua dinding kamar. Sebelah kiri terdapat jendela kaca dengan horden besar dan tinggi menunjukan pemandangan kolam renang dan pagar tinggi yang ditutupi tumbuhan hijau.

Sebelah kanan terdapat pintu walkin closet bersambung dengan kamar mandi modern dari kaca.

"Aku gak tahu kamu maunya gimana, nanti kalo mau perabot, bilang aja." terang Daniel. Aku hanya mengangguk pelan gak ada niat menjawabnya.

Pakaian, tas dan sepatuku sudah tersusun rapi di walkin closet. Begitu juga kepunyaan Daniel.

Aku duduk sebentar di tempat tidur karena rasa mual dan sakit kepala yang kembali menyerang.

"Mau muntah?" tanya Daniel mendekat dengan cepat ketika melihatku terduduk diam dan menutup mataku.

Aku tidak menjawabnya.

"Kita ke kamar mandi?" tanyanya.

Aku menengadah, mengangkat wajahku agar muntahku tidak keluar. Daniel langsung mengangkatku masuk ke kamar mandi.

Rasa mualku belakangan ini jadi samakin menggila. Aku semakin tidak bisa mencium wewangian, bahkan shampo strawberry dan vanilla yang biasa aku pakai membuat perutku bergejolak.

Air mataku mengalir begitu saja karena rasa mual yang tak tertahankan namun tak ada apapun yang keluar dari perutku karena memang tak pernah terisi sejak terakhir kali kami memakan mie instant.

Daniel mengelap wajahku dengan handuk basah. Mengelap sisa-sisa salivaku tanpa merasa jijik. Ku rasa dia sudah kebal padaku.

Daniel menutup closet dan membantuku duduk, merapikan rambutku sambil duduk di depanku. Menilai wajahku.

DanissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang