40. Daniel ~ Mau Nissa

7.4K 408 15
                                    

Ruangan serba putih dan bau obat-obatan bikin gue mengernyit heran. Ibu terlalu berlebihan sampe bawa gue ke rumah sakit.

"Mas?" tegur Bu Galih, gue ngelirik ke dia.

"Kamu gak papa Mas?" tanyanya panik. Bangkit dari duduknya dan berdiri di samping bed.

"Daniel gak papa, Bu!" jawab gue pelan. Menahan perih disekujur tubuh gue. Gue bahkan ngerasa wajah gue kebas.

"Daniel berapa lama gak sadar?"

Bu Galih melirik jam di dinding kamar.
"Hampir dua puluh empat jam. Kamu bikin Ibu khawatir."

"Tapi kata dokter kamu tidur, Mas." Ibu mendelik.

Gue emang susah tidur sebelumnya. Gue senyum ke Ibu yang bikin bibir gue langsung kerasa sakit banget.

Mas Abe memang pasti murka sama gue.

Ya Tuhan, Anissa!

"Bu, ponsel Daniel mana?" tanya gue sambil mencoba untuk duduk.

"Ibu sudah telpon Nyonya. Sore ini beliau tiba dari Jepang." beritahu Ibu.

"Ponsel Daniel, Bu." pinta gue menghiraukan kata-katanya tentang Mama. Bu Galih mendesah sabar dan mengambil ponsel gue yang terletak di meja.

Gue mendial nomer salah satu kontak yang ada di ponsel gue.

"Ya?"

"Temukan Anissa. Gue butuh catatan kesehatannya. Dua jam." Gue langsung mutusin sambungan telepon gak peduli meski seseorang disana mengumpat ke gue.

Gue bangkit turun dari bed dan menarik jarum infus dari tangan gue.
"Ayo pulang, Bu."

"Ya ampun, Mas. Belum boleh sama Dokternya kok!" cegah Ibu mengikuti langkah gue ke lemari kayu di pojok kamar.

"Daniel gak papa, Bu."

"Lho, ini kenapa?" tegur Pak Made yang baru saja masuk ke ruang rawat inap gue.

"Mas Daniel gak mau tinggal." gerutu Bu Galih.

"Pak, tolong beresin administrasinya. Daniel pulang duluan." kata gue sambil mengambil baju ganti. Mengganti piyama rumah sakit yang gue pake.

"Baik, Mas." jawab Pak Made.

Itulah yang membedakan Pak Made dan Bu Galih.

Bu Galih selalu menganggap gue anak kecil yang perlu di jaga dan di arahkan setiap saat sedang Pak Made percaya pada semua hal yang gue lakuin dapat gue pertanggung jawabkan.

"Ibu ikut sama Mas Daniel, Pak. Bapak bisa sekalian bawa barang kan?" tanya Bu Galih.

"Iya."

Gue keluar dari ruang rawat inap dan langsung menuju lobi mencari taxi. Bu Galih sedikit berlari mengikuti langkah gue.

Gue gak mau buang waktu.

"Mas, Ibu mau lapor polisi kok Bapak gak ijinin?" tanya Ibu Galih yang duduk disebelah gue dalam taxi.

"Mas Abe Kakaknya Nissa. Daniel yang salah, Bu."

"Ya sudah. Kamu istirahat di rumah saja."

"Daniel mau ke Malang, malam ini Bu."

"Aduh, Mas. Wajah kamu babak belur gini, gimana mau ke Malang, sih?" protes Bu Galih.

"Daniel gak papa, Bu." jawab gue sambil ngisi form pemesanan tiket di ponsel gue.

"Kamu daritadi ga papa gak papa kamu udah liat wajah kamu?" Bu Galih nyodorin kaca kecilnya yang baru di ambil dari tasnya. Gue ambil dan mengernyit natap wajah gue sendiri.

DanissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang