51. Anissa ~ But, I hate you

8.4K 464 16
                                    

We were taking off together
Drag me all the way to hell
Cos I never gonna let you go..

Music : One Ok Rock ~ Taking off

~~~~~~~~~~

Papa dan Mama nginap sampai mereka akan balik ke Jakarta, dua hari kemudian. Mama sebenarnya menolak, takut membuat aku repot karena ada mereka di rumah, tapi Papa tetap mau tinggal dengan alasan pengen deket cucunya, dan berjanji tidak akan rewel, bahkan Papa akan memasak sendiri jika Bu Titik tidak bisa memasakan makanan karena sedang membantuku.

Mereka sedang ngeteh di sofa. Papa sibuk dengan tabletnya sedang Mama berbaring di paha Papa.

"Daniel ngapain?" tanya Mama bangkit dari tidurannya ketika aku keluar dari kamar.

"Tidur, Ma."

"Dari tadi?"

"Iya. Mungkin pengaruh obatnya."

Aku duduk di salah satu sisi sofa di ruang keluarga.

"Ma, Daniel bisa hafal Alquran?" tanyaku.

"Iya. Kamu sudah denger dia ngaji?"

"Kemaren subuh."

"Bagus kan? Mama dulu suka sampe nangis kalo dia ngaji."

"Dia juara satu lomba baca Alquran di London waktu umur sepuluh." tambah Papa dengan nada bangga.

"Yang bener?" tanyaku.

"Dia kok gak pernah bilang?" sambungku.

"Jangan harap Daniel mau cerita tentang dirinya, Cha. Dia itu sangat tertutup dan pendiam. Makanya Mama senang ketika melihat Daniel menjadi usil ketika sama kamu." jawab Mama.

"Daniel pendiam?" tanyaku tak percaya.

"Bukan pendiam. Dia itu kemungkinan bisu." jawab Papa sambil tertawa.

"Ketika balik ke Indonesia yang diucapkan mulutnya hanya kata-kata pedas menentang Papa." tambah Papa.

"Tapi setelah pacaran sama kamu cerewetnya minta ampun!" sambung Mama.

"Dia juga gak seketus biasanya kalo ngomong sama Mama. Kecuali sama Papa, tiap ketemu pasti adu mulut."

"Daniel sekarang jadi pendiam, Ma. Icha bingung ngadepin dia. Biasanya dia kan ngomong sama Icha gak pake mikir." ujarku membuat Papa dan Mama menatapku.

"Kenapa?" Aku menggeleng, karena aku memang tidak mengerti mengapa Daniel bisa berubah.

"Apa kalian bertengkar hebat?" tanya Mama. Aku kembali menggeleng.

"Mungkin dia masih merasa bersalah sama kamu, sayang. Please, maafin Daniel ya?"

"Biarin mereka yang selesaikan sendiri, Ma." tegur Papa karena Mama meminta maaf atas nama Daniel.

"Icha, memang sebaiknya Daniel sendiri yang meminta maaf ke kamu, apapun kesalahan yang Daniel lakukan terhadap kamu. Tapi Papa dan Mama sebagai orang tua Daniel juga meminta maaf atas perilaku Daniel yang membuat kamu kecewa. Daniel masih muda, masih banyak kekurangan di sana sini, tapi Papa yakin dia bisa memperbaiki diri. Tolong beri Daniel kesempatan ya sayang?" ujar Papa panjang lebar.

Aku mengangguk pelan.

"Kalian gak pengen bulan madu?"

"Gak usah, Pah. Icha tiap pagi mual. Nanti gak dinikmati." tolakku sehalus mungkin.

Padahal aku memang tak ingin berbulan madu.
Bagaimana mungkin aku berbulan madu dengan orang yang tidak lagi sayang sama aku, meski dia berstatus suamiku?

DanissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang