Gue hanya diam sepanjang perjalanan pulang, Nissa seperti menyadari kalo gue gak mau di ganggu juga ikutan diam membisu. Ketika mobil gue berhenti di depan kosan Anissa, dia gak langsung keluar seperti biasa. Gue tahu Nissa pengen banget nanya tentang sikap gue yang kurang ajar tadi. Tapi entah kenapa dia menahan dirinya untuk bersuara.Gue menyandarkan kepala gue ke headrest dan menatap lampu jalan paling jauh yang mata gue bisa bisa tangkap. Suara kendaraan terdengar jauh di telinga gue. Hingga sepuluh menit berlalu, gak ada di antara kami yang memecah keheningan.
Nissa menghela nafas.
"Sebenci apapun kamu sama Papa dan Mama kamu, kamu lebih beruntung dari aku, Niel." ucap Nissa pelan.
Gue bisa rasakan jika Nissa sedang bertarung dengan apapun yang ada di pikirannya saat ini.
"Aku gak tahu apa yang terjadi, tapi setidaknya mereka masih bersama."
Nissa menghembuskan nafasnya yang terdengar bergetar. Gue nahan diri buat gak nengok ke dia. Gue tahu kalo gue nengok, gue bakalan langsung meluk dia.
Gue gak mau dia nangis.
"Mama dan Ayah bercerai ketika aku SMP. Aku jadi jarang bertemu Ayah, ketika di rumah Mama diam-diam menangis di kamarnya. Mbak Cheryl gak pernah betah di rumah, dan pulang ke rumah hanya ketika dia ingin tidur."
"Aku sangat dekat dengan Mbak Cheryl, tapi sejak Ayah gak pernah pulang Mbak Cheryl menjadi pendiam dan sering mabuk-mabukan. Aku bahkan pernah menemukan red wine yang disembunyikan di lemari pakaiannya.
"Kamu tahu bagaimana rasanya sendirian?"
Gue tahu Nissa sekarang lagi natap gue, tapi gue sengaja gak mau melihat ke arahnya.
"Aku mulai sering menelpon Ayah dan meminta apa saja. Memintanya mengirimiku apa saja ketika dia keluar kota atau keluar negeri. Semua agar Ayah mengingatku. Dimanapun dia berada. Aku merasa seperti pengemis yang mengais perhatian dari Ayahku sendiri.
"Aku tahu Ayah tidak akan meninggalkan kami begitu saja. Tapi mengetahui Ayah tidak pulang ke rumah seperti biasa membuatku seperti orang gila."
Nissa tertawa.
Namun gue merasa sakit mendengar suara tawanya.
"Ayah seakan sadar akan sikapku namun menuruti semua apa yang aku inginkan.
"Ayah bahkan pernah mengirimiku kue Tori ketika dia sedang di Toraja. Bentuknya aneh tapi rasanya enak.
"Ayah selalu sayang pada kami, tapi entah satu hari aku mendapati jika kedua orang tuaku bercerai. Aku gak bisa menemukan alasan yang tepat untuk itu!
"Aku tahu Ayah pria yang baik, dan Mama wanita yang sempurna. Itu yang sampai sekarang aku tidak mengerti mengapa mereka bercerai?!
"Setidaknya keluargamu utuh, Niel."
Nissa kemudian terdiam.
Sekarang gue tahu, kenapa Nissa begitu semangat ingin gue akur sama Mama dan Papa.
Gue lebih beruntung.
Katanya.
Nyatanya?
Bagaimana bisa dia bilang gue lebih beruntung darinya?
Oke. Kedua orang tuanya bercerai, gue baru saja tahu hari ini, karena setahu gue Nissa sering menerima telpon dari Ayah ataupun Mamanya. Sangat sering malah.
Jadi gue berpikir dia berasal dari keluarga yang bahagia.
Makanya ketika gue liat tingkah Nissa yang begitu semangat sama makan malam ini bikin gue meradang! Gue tahu gue sama dia sudah bersama, tapi dia gak tahu apa yang Papa sama Mama lakuin ke gue!
KAMU SEDANG MEMBACA
Danissa
RomanceGue Daniel Alfin Notonegoro. Gue punya segalanya. Semua cewek yang gue suka pasti suka juga sama gue kecuali satu orang, Annissa Larasati Dunn! Daniel Alfin Notonegoro, aku sebenarnya takut sama dia, oke, aku hanya takut pada matanya, mata yang bahk...