"Besok nonton ya?" Sekali lagi Daniel bertanya padaku."Males," jawabku.
"Icha.." bujuknya.
"Nanti di liat ah! Males banget kesana sendirian!"
"Kan sama Tari. Gilang maen juga. Dia pasti nonton. Come on? Hmm?"
"Besok diliat."
"Icha.."
"Daniel!!" bentakku.
Daniel langsung diam tak bersuara mendengar nada suaraku. Aku lagi ngerjain tugas dari dosen dan dia sedari tadi merengek agar aku menonton pertandingan basketnya.
Aku suka basket. Dody sahabatku di SMU mengajarkanku bermain basket. Tapi datang dan menonton Daniel bertanding akan menunjukan kalau aku memang jalan sama dia, itu yang aku hindari. Gossip akan menyebar kemana-mana dan mereka akan memanggilku gold digger!
Aku menatap Daniel yang terdiam dan menatap televisi. Dia terlihat kecewa namun tetap diam.
"Niel, aku hanya gak ingin orang-orang bergosip tentang kita," ucapku pelan.
Daniel berbalik menatapku.
"Gosip apa yang kamu takutkan?" tanyanya datar.
"Gosip kalau kita sudah bersama? Menurutmu itu gossip?" tanyanya karena aku hanya diam. Tidak mungkin aku bilang kalau banyak yang menuduhku mendekati Daniel karena uangnya.
"Baiklah. Aku akan datang besok. Di lapangan basket kampus kan? Jam 4."
"Jangan memaksakan diri kalau memang kamu gak mau ketahuan jalan sama aku."
Daniel kembali menatap tv.
"Aku gak memaksakan diri. Tapi kalau kamu gak suka liat aku, kamu boleh gak menyapaku, aku akan tetap datang."
Daniel berbalik menghadapku.
"Serius?" tanyanya senang. Senyumnya mengembang hangat seperti matahari terbit."Yup."
Aku kembali menunduk mengerjakan tugasku. Dalam hati tersenyum senang.
Persetan dengan gossip.
Besoknya, aku datang bareng Tari, sampe di lapangan basket kampus tepat pukul empat sore. Daniel terlihat masih pemanasan. Sesekali dia mengedarkan pandangan ke sekeliling area penonton.
I'm over here, idiot!
Dan matanya menangkap mataku.
Daniel melambaikan tangannya dan aku membalasnya dengan senyuman. Daniel mengelap keringatnya dengan bajunya yang memang sudah basah.
Dasar bodoh!
"Dia seperti anak ayam yang menemukan induknya!" cibir Tari melihat tingkah Daniel.
"Syukurlah induknya secantik gue," timpalku sambil memasang wajah serius.
Aku melirik Tari dan Tari juga sedang ngelakuin hal yang sama, kami seketika tertawa terbahak-bahak.
Daniel berbicara sebentar dengan pelatihnya dan berlari kecil menuju ke arah kami.
"Oh, shit!" gumam Tari.
"Yeah, shit!!" balasku.
"Kita akan jadi bulan-bulanan fansnya Daniel abis ini," tambahku pelan.
"Hai." sapa Daniel
"You're here." masih dengan senyuman secerah mentari andalannya. Dia berdiri di depan kami, membuat sebagian penonton khususnya cewek-cewek mulai berbisik-bisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Danissa
RomanceGue Daniel Alfin Notonegoro. Gue punya segalanya. Semua cewek yang gue suka pasti suka juga sama gue kecuali satu orang, Annissa Larasati Dunn! Daniel Alfin Notonegoro, aku sebenarnya takut sama dia, oke, aku hanya takut pada matanya, mata yang bahk...