Aku lagi berbaring santai di sofa apartement Daniel. Aku dengar bunyi kode apartementnya tertekan dan pintu seakan terbuka. Aku pikir itu Daniel yang kembali dari beli sate ayam di depan apartementnya jadi aku tetap brrbaring menatap tv tanpa memperhatikan.
"Khmm.. " seseorang membersihkan tenggorokannya.
Aku melirik ke arah suara dan terkejut melihat seorang wanita cantik menenteng handbagnya berdiri di dekat sofa. Dengan cepat aku bangun dan duduk kemudian bangkit berdiri hingga aku hampir terjatuh.
"Iya?" tanyaku pada wanita cantik itu.
Aku seperti pernah melihatnya, tapi entah dimana. Apa dia sodara Daniel? Karena setahuku Daniel anak tunggal. Wanita ini begitu cantik dan elegan. Rambut coklat lurus sebahu. Wajahnya mulus tanpa cela. Kulitnya putih bersih dengan stelan kerja.
"Kamu, Anissa?" tanyanya.
"Iya. Daniel lagi beli makan di seberang jalan," jelasku.
Kenapa dia bisa tahu namaku? Siapa dia?
"Daniel beli makanan pinggir jalan?"
"Sate," jawabku.
Hell, sekaya apa sih si Daniel sampe wanita ini harus bertanya jika Daniel memakan makanan di pinggir jalan?
"Maaf, Mbak siapa?" tanyaku penasaran.
Dia tersenyum singkat.
"Dari tadi Daniel pergi?"
Oke. Dia tidak ingin menjawabku. Baiklah.
"Dua puluh menitan," jawabku sambil bergeser ke ujung sofa karena wanita itu mendekat seakan ingin duduk.
Dia duduk di single sofa dengan santai, aku otomatis mengikuti gerakannya duduk dengan canggung. Aku rasa wanita ini dekat dengan Daniel atau sering kesini karena dia tau kode pintu apartement Daniel.
"Kalian sudah jadian?" tanyanya tiba-tiba.
Jadian??
Aku diam saja tak ingin menjawabnya. Aku bahkan tidak tahu menyebut apa hubunganku dengan Daniel. Aku bingung. Ya kami memang seperti orang pacaran. Kemana-mana berdua, dia sering mengantar jemput aku, kami bahkan beberapa kali ciuman. Aku tahu Daniel punya banyak cewek dan memang aku tidak pernah lagi mendapatinya sedang bersama cewek lain sejak lama. Tapi aku terlalu takut untuk maju selangkah atas hubungan kami.
Sadar jika aku takkan menjawab pertanyaannya wanita itu kembali bertanya, "Kamu sering kesini?"
"Ini kali kedua," jawabku.
Yang pertama kami hanya di rooftops -aku gak tahu apa itu masuk hitungan? tapi siapa peduli. Aku masuk ke apartement Daniel pada saat aku mabuk dan muntah di mobilnya, dan ini kali kedua.
Tadi Daniel menjemputku. Aku abis kerja tugas kelompok di kosan teman sekelompokku, Daniel telpon dan menawarkan diri menjemput. Aku kehujanan karena menunggu Daniel di depan gang kosan temanku itu.
Karena apartement Daniel lebih dekat, Daniel memaksaku ke apartementnya untuk mengganti bajuku yang basah dan mencetak dengan jelas bentuk tubuhku. Dan sekarang aku kembali memakai sweater Daniel serta boxernya. Agak memalukan di liat sama wanita ini, tapi aku gak bisa lari lagi kan?
Bunyi beep pintu apartement Daniel kembali terdengar dan aku merasa lega. Itu pasti Daniel.
Ketika masuk, Daniel berdiri mematung. Kaget melihat kami yang duduk berdampingan dengan kaku.
Daniel kembali melangkah masuk setelah tersadar dari keterkejutannya.
"Ada apa?" tanyanya dingin tanpa mau melihat ke arah wanita itu. Dia berjalan langsung ke dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Danissa
RomanceGue Daniel Alfin Notonegoro. Gue punya segalanya. Semua cewek yang gue suka pasti suka juga sama gue kecuali satu orang, Annissa Larasati Dunn! Daniel Alfin Notonegoro, aku sebenarnya takut sama dia, oke, aku hanya takut pada matanya, mata yang bahk...