Sudah seminggu ini kami tinggal serumah. Dan setiap hari terasa sama.
Pagi aku mual dan muntah hingga menjelang siang, tertidur hingga sore, berbaring di sofa atau di dalam kamar hingga tengah malam, tertidur sebentar, terbangun jam dua atau tiga dini hari untuk ngemil atau minum susu dan kembali tertidur hingga mual di pagi hari memaksaku bangun.
Anehnya aku hanya ingin ngemil saat tengah malam, selain itu aku tidak menginginkan apapun kecuali Daniel yang memberiku.
Pagi ini, aku terbangun karena suara merdu Daniel sedang mengaji. Aku mengerutkan alis, terbangun untuk melihatnya. Dia tidak memegang Alqur'an tapi melantunkan ayat-ayat Alqur'an dengan lancar.
Dari yang aku dengar, dia melantunkan surat Ar Rahman. Aku tahu karena ada satu ayat yang di ulang-ulang.
"Fa bi ayyi ālā'i rabbikumā tukazzibān"
"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?"
Kira-kira begitu arti dari ayat yang di ulang sebanyak 31 kali itu.
Aku kembali berbaring, tanpa sadar tersenyum. Aku mempunyai suami perhatian, sekarang dia tidak pernah meninggalkan shalat, dan menghafal Ar Rahman.
Apa yang kurang dari Daniel?
Kami baru menikah selama seminggu, namun Daniel menunjukan perhatian dan tanggung jawab yang baik terhadapku.
Semua kebutuhan dan keinginanku terpenuhi tanpa bantahan. Tak ada keluh kesah darinya. Tak ada protes maupun wajah cemberut saat bersamaku, meski Daniel lebih banyak diam. Dia tidak pernah mengeluarkan kalimat tidak penting. Tak ada candaan yang dulu sering di ucapkannya demi meraih perhatianku.
Semua kalimat yang keluar darinya tentang keinginanku, yang kadang membuatku risih karena pertanyaannya selalu hampir sama.
"Apa yang aku inginkan?"
Dia mencurahkan seluruh perhatiannya padaku. Dia hanya menghilang ke kamar kerjanya selama satu atau dua jam setelah memastikan aku tertidur dan keluar untuk mengecek keadaanku. Memastikan vitaminku aku konsumsi dengan baik. Memastikan asupan makananku yang terbaik dan memastikan aku tidur dengan
nyenyak.Nikmat Tuhan yang mana yang bisa aku dustakan?
"Sudah bangun?" tegur Daniel sambil melipat sajadah.
"Hm."
Daniel masuk ke walkin closet dan keluar setelah beberapa saat.
"Pengen sesuatu?" tanyanya yang sudah berdiri di sisi ranjang tempatku berbaring.
Aku menggeleng.
"Aku mau masak nasi goreng." ujarnya sambil tersenyum culas.
Dia tahu kalo aku pasti memakan apa yang di makan olehnya.Aku diam tak menanggapi.
"Mau di tempat tidur?" tanyanya.
"Pindah ke sofa, mau?" ajaknya.
Aku bangkit duduk,
"Sini aku gendong." cegah Daniel sebelum aku turun dari ranjang.
Daniel langsung mengangkatku. Aku melingkarkan tangan di lehernya dan mendekat demi mencium wangi sabun di tubuh Daniel.Bahkan wangi sabun yang aku tak tahan jika memakainya, ketika di tubuh Daniel menjadi penenang buatku.
Daniel terbiasa mandi sebelum shalat subuh dan tidak dapat tidur setelahnya. Biasanya setelah subuh, Daniel kembali berbaring di ranjang namun tidak tidur.
Setelah membaringkanku di sofa, Daniel berdiri mengambil remote di meja dan menyalakan layar datar itu lalu memberiku remote.
"Selamat pagi, Bu?" sapa Daniel pada Bu Titik yang sedang di dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Danissa
RomanceGue Daniel Alfin Notonegoro. Gue punya segalanya. Semua cewek yang gue suka pasti suka juga sama gue kecuali satu orang, Annissa Larasati Dunn! Daniel Alfin Notonegoro, aku sebenarnya takut sama dia, oke, aku hanya takut pada matanya, mata yang bahk...