36. Nissa ~ Break up

6.4K 369 10
                                    




Kuliahku sebenarnya sudah selesai, tinggal ngurusin beberapa dokumen dan akan wisuda akhir tahun ini. Beberapa bulan lagi.

Aku mulai masukin lamaran kemana-mana karena pengen kerja di Bandung. Biar deket sama Daniel. Padahal, dulu aku pengen banget cepat kelar kuliah biar bisa pulang ke Malang.

Daniel banyak merubah rencana masa depanku. Kami merencanakan banyak hal bersama dan berniat bertunangan setelah kami wisuda.

Tapi hari ini, kenyataan sangat jauh dari rencana kami.

Aku mendial nomer Daniel dan kembali kecewa karena dia tidak menjawab telponku sudah beberapa hari. Hari ini aku ada janji ketemu dosen jadi aku ke kampus.
Setelah urusanku selesai, aku berjalan ke lapangan basket kampus, tak ada salahnya mengecek Daniel sebelum pulang ke kos.

Nyatanya, dia memang ada di lapangan basket. Bukan untuk latihan, namun sedang asik bercengkrama dengan Bella dipinggir lapangan. Tangan Bella bahkan sudah naik ke dada Daniel. Daniel malah senyum-senyum mesum trus bisikin sesuatu ke telinga Bella, dan mereka tertawa bersama.

That asshole!

Serasa darahku naek ke wajahku dan nafasku sesak. Aku berhenti beberapa meter dari mereka dan menarik nafas, menghembuskan melalui mulutku dengan perlahan dan mengatur debaran jantungku yang berpacu membuat badanku serasa gemetar.

Ujung mata Daniel bertemu mataku dan dia menarik diri dari Bella. Kaget.

Jerk!!

Daniel berkata sesuatu pada Bella lalu berdiri dan menghampiriku.

"Kenapa?" tanyanya dengan malas begitu dia berjarak beberapa langkah dariku.

"Kenapa?" balasku sengit.

"Iya, kenapa mencariku?"

"What the hell is wrong with you?" geramku.

"Aku bosan, Anissa!" ucapnya jengah.

"Kamu bosan sama aku? Makanya kamu saling grepe sama cewek murahan itu di lapangan basket?" tanyaku tak percaya dengan apa yang baru saja di lontarkan oleh mulut Daniel.

"Ya. Aku bosan sama kamu. Kita putus aja." ucapnya dingin menatap mataku tanpa berkedip.

Tawa sinisku tanpa sadar terdengar.

"Wow!" gumamku.

Aku menatapnya takjub. Campuran antara kekagumanku atas sikap dinginnya dan rasa tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar.

Bagaimana bisa Daniel bisa bersikap seperti ini padaku?

After all this time?

Plakk!

"Oke. Kita putus!" ucapku tak kalah dingin. Lalu aku menyeringai dan menatap mata Daniel. Dia sedang mengusap pipinya yang memerah. Itu pasti sakit, karena aku mengerahkan semua kekuatanku demi menamparnya.

Aku maju selangkah dan berbisik ;

"Go find a room Daniel, toilet cocok untuk kalian berdua. You, fvcking shit!"

Aku berbalik meninggalkan Daniel, tak peduli dengan banyaknya orang yang mulai saling berbisik. Aku berjalan mengangkat daguku setinggi mungkin dan menahan air mataku agar tidak tumpah disini.

Ketika sampai di parkiran, dengan cepat aku mengambil helmku dan memakainya. Seketika air mataku jatuh. Aku menggenggam erat stirku. Mengatur nafasku yang terasa sesak di dada. Perlahan, aku mengendarai motorku dan kembali ke kost.

*

Berhari-hari aku mengurung diri di kamar kostku yang gelap. Memikirkan apa yang sudah aku lakukan hingga Daniel setega ini padaku. Manangis tanpa henti hingga mataku terasa sakit.

DanissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang