33. Daniel ~ Penjual Buah

7.1K 402 9
                                    



"Sebelum berangkat kan aku sudah bilang, sarapan dulu. Kamu malah mendelik terus ke aku," tegur gue, karena Nissa mengeluh lapar dan tidak sabar karena pesanan kami belum juga di antar ke meja kami.

"Jangan mulai ya!"

"Tuh mata sama bibir kamu kalo mendelik tambah cantik pengen cium jadinya," goda gue setelah Nissa kembali mendelik.

Nissa melempar tissu yang digulung ke arah gue.

Gue tertawa keras.

"Permisi.." ucap seorang pria muda yang mengantar pesanan kami.

"Alhamdulillah, akhirnya.. Makasih ya Mas," ucap Nissa tanpa menoleh ke pria itu. Menatap pesanan kami dengan pandangan mendamba.

"Silahkan di nikmati, Mbak. Mas.." jawabnya sopan.

"Makasih," ucap gue dan ikut menikmati ayam bakar pesanan kami.

"Niel, mau coba sate kelinci gak?" tanyanya di sela suapan tangannya ke mulut.

"What? No! BIG No!!" ujar gue cepat.
"Kamu gak punya perasaan ya!"

"Lha, enak kok!"

"Ogah!"

"Kirain mau. Kalo mau ntar malam kita ke rumah makan yang jual sate kelinci."

"No way!"

"Ya udah."
Nissa kembali menyantap makanannya dalam diam.

"Kita mau kemana abis ini?" tanyanya ketika suapan terakhirnya telah habis.

"Enaknya kemana?"

"Jatim Park? Selecta? Omah Kayu? Coban Rondo? BNS?"

"Udah lewat tengah hari, enaknya kemana?"

"Kita petik buah aja dulu sampe sore, malam ke BNS, Besok ke Selecta atau Jatim Park, Sorenya ke Omah Kayu?"

"Oke,"

"Sebenarnya enaknya ke Coban Manten. Air terjun pengantin. Tapi jalannya aku lupa dan harus bermalam, enaknya pas sama anak-anak."

"Maksudnya?"

"Ya soalnya bukan wisata biasa yang bisa bersantai, tapi seperti lagi naek gunung sih. Enakan ajak Dody."

Gue mendengus.

"Males banget!"

"Ya kamu kan bukan anak pecinta alam, jadi gak bisa di ajak susah naek turun gunung," sindirnya pedas.

"Maksud kamu naek turun gunung trus nyampah di sepanjang jalan?" balas gue sengit.

"Enak aja! Kita kalo naek sambil bersih-bersih ya!" protes Nissa tak terima.

"Terserah. Kita kemana aja yang gak harus ngajak si bangsat itu!" ucap gue kesal. Nissa terus menerus menyebut nama Dody bikin gue kesel.

"Daniel, jangan berani nyebut sahabat aku kayak gitu!"

"Kamu bela dia lagi?"

"Orang Dody gak salah apa-apa kok!"

"Dia cium kamu Anissa!" ucap gue dengan suara meninggi karena kesal.

"Sst! Suara kamu!" desis Nissa tertahan sambil melirik ke sekililing rumah makan. Sekarang lumayan rame meski sudah lewat jam makan siang.

"Sudah ya. Aku gak mau bertengkar lagi masalah Dody!"

Nissa menghabiskan jus strawberrynya dalam sekali hisap.

Gue menggeleng pelan.
Wanita satu ini gak pernah sekalipun jaim di depan gue.

DanissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang