Setelah mengantar Ibu ke stasiun dan memastikan Ibu berangkat dengan aman, kami berkeliling sebentar mencari jajanan pagi. Aku belum tahu apa yang aku inginkan pagi ini dan Daniel juga hanya berkendara asal karena kami belum punya tujuan yang jelas."Niel, kamu mau berapa hari di Bali?"
"Kamu maunya berapa hari?" balasnya bertanya.
"Kok aku?"
"Kalo kamu gak bisa pergi ya aku gak pergi."
"Penting ya?"
"Gak juga sih. Tapi aku sangat menghormati Ibu Robin Lim. Pendiri Yayasan Bumi Sehat. Semicolon sering di undang. Aku memang gak pernah datang ke acara penggalangan dana yang biasa di adakannya, tapi Joan, Nic atau Martin kadang dateng."
"Jadi gak mesti?"
"Aku pikir ada baiknya aku dateng -kalau kamu mau ya -kamu kan lagi hamil, yayasannya sangat bagus. Banyak sekolah perawat dan kebidanan di Indonesia yang studi tour ke tempatnya." Daniel menatapku sebentar dan melanjutkan.
"Kliniknya pake sistem gentle birth. Yang melahirkan di sana juga bukan hanya dari daerah Bali, tapi daerah lain di Indonesia bahkan dari luar negeri datang ke Bali untuk lahiran disana. Nanti kamu baca deh profilnya di internet. Kamu pasti kagum sama beliau."
Aku mengangguk pelan.
"Daniel.."
"Hm,," Daniel melirikku sambil terus berkonsentrasi menyetir.
"Mau burger."
"McD?"
"Hm."
*
Aku dan Mbak Cher punya kesepakatan untuk mengunjungi Mama sedikitnya sekali dalam sebulan. Untuk aku, di akhir minggu pertama, Mbak Cher di minggu kedua dan di minggu terakhir setiap bulannya, kami akan sama-sama mengunjungi Mama dan agar kami bisa berkumpul secara utuh setidaknya sebulan sekali. Meski tanpa Ayah. Ayah masih sering mengunjungi Mama. Terutama saat aku dan Mbak Cheryl berada di rumah Mama.
Karena aku memutuskan untuk menerima tawaran Daniel ikut ke Bali weekend ini, yang seharusnya jadwal kami nginap di rumah Mama, membuat aku memutuskan untuk ke rumah Mama di hari Rabu. Dan karena aku baru menikah, jadi minggu ini adalah kunjungan pertama aku dan Daniel setelah insiden aku kabur dari rumah.
Aku sudah mengabari Mama soal ini dan Mama terdengar antusias.
"Sayang?" sambut Mama memelukku.
"Apa kabar, Ma?"
"Baik sayang. Wah, badan kamu naek. Tambah cantik." puji Mama.
"Ma.." aku cemberut. Wanita mana yang suka dibilang badannya gemuk?
"Lho kok cemberut? Emang cantik kok. Anak Mama. Iya kan Niel?"
"Icha gitu Ma. Aku bilangin cantik eh malah katanya aku lagi gombalin dia." keluh Daniel di sela tawanya.
Mama melepasku dan gantian memeluk Daniel.
"Mama sehat?"
"Sehat, Nak. Kamu gimana?"
"Alhamdulillah, sehat." jawab Daniel.
"Yuk, masuk."
Kami mengikuti Mama langsung duduk di sofa ruang tengah.
"Itu apaan?" tanya Mama menunjuk plastik belanjaan kami.
"Oh, tadi kita singgah ke pasar oro-oro dowo, beli rujak dan beberapa keperluan. Daniel yang masak kok. Kita nyantai Mah." ucapku senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Danissa
RomanceGue Daniel Alfin Notonegoro. Gue punya segalanya. Semua cewek yang gue suka pasti suka juga sama gue kecuali satu orang, Annissa Larasati Dunn! Daniel Alfin Notonegoro, aku sebenarnya takut sama dia, oke, aku hanya takut pada matanya, mata yang bahk...