13. Danissa ~ Soto Ayam

10.2K 537 31
                                    

Daniel POV

Dari kemaren siang Nissa gak ngangkat telpon atau balas satupun pesan gue. Di kampuspun dia gak ada. Gue telpon Tari, dia juga gak tahu. Sekarang Tari lagi di kampus ada kuliah sampe sore dan gak bisa ngecek kamar Nissa.

Gue masih ada kelas jam dua nanti, tapi hati gue gak enak. Akhirnya gue ke kosan dia. Motornya terparkir di parkiran kosan, jadi dia kemungkinan besar ada di dalam.

Gue ketuk beberapa kali, gak di buka.
"Cha? Nissa?" panggil gue.

Gue gedor-gedor pintunya sampe cewek yang ngekos di samping kamarnya keluar.

"Dia gak mau ketemu kali. Atau tidur," kata cewek itu.

"Dia ada di dalam?" tanya gue pada cewek sok tau itu.

Enak aja dia mikir Nissa gak mau ketemu gue. Mentang-mentang dulu dia sering ngeliat gue dicuekin sama Nissa.

Sekarang beda tau! Nissa sudah sayang sama gue!!!

"Sejam lalu dia keluar, ngambil sesuatu di sadel motornya, jawabnya lalu kembali masuk ke kamarnya.

"Cha??" panggil gue lagi.

"Anissa??"

Pintunya terbuka. Kamarnya gelap, gue masuk ke dalam dan menekan stop kontak lampu kamar di dekat pintu.

Nissa sudah kembali ke tempat tidur dan menutup dirinya dengan selimut. Membelakangi gue.

"Sayang?" panggil gue.

Dia gak gerak. Gue mendekat ke tempat tidur.

"Kamu sakit, Sayang?" tanya gue.

Dia tidak bereaksi. Gue pegang keningnya dan kulit gue serasa terbakar.

Gue balikin badannya ngadap ke gue.

"Sayang, kita ke rumah sakit!" ajak gue. Dia langsung membuka mata.

"Gak mau," ucapnya pelan.

"Tapi kamu sakit, Sayang."

Dia menggeleng pelan.

Dengan cepat gue menelpon Mama. dia pasti mengenal salah satu Dokter yang ada di Bandung. Dokter pribadi keluarga gue di Jakarta. Terlalu jauh kalo harus nelpon dia.

"Halo, Mah?" gue bersyukur Mama dengan cepat ngangkat telpon gue.

"Iya, Sayang?"

"Mama ada kenal dokter umum di Bandung? Nissa sakit. Dia gak mau di bawa ke rumah sakit. Yang bisa dateng cepat, Mah," jelas gue panik.

Nissa mengangkat tangannya menyentuh lengan gue, tangan gue serasa terbakar, gue nengok ke dia.

"Gak mau ada Dokter." kata Nissa pelan. Air matanya sudah jatuh.

"Nanti Mama telponkan. Sms alamat Nissa."

"Mah. Gak jadi. Nanti Daniel telpon lagi. Makasih, Ma."

"Iya, Sayang."

"Kamu kenapa sayang?" tanya gue sama Nissa. Dia gak mau di bawa ke rumah sakit. Gak mau juga ketemu Dokter. Padahal panasnya sudah bisa bikin kulit gue serasa terbakar.

Dia menggeleng. Air matanya masih saja mengalir.

"Gak mau ketemu dokter."

Ya Tuhan. Sakit gak mau ketemu dokter?

Trus? Dukun gitu?

Anissa!!!!

Gue berlutut di samping tempat tidurnya, menggenggam tangannya demi mengurangi panas tubuhnya. Matanya tertutup rapat. Tangan gue di tarik hingga ke lehernya.

DanissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang