38. Anissa ~ Greatest fear

6.5K 387 5
                                    



Ketika sampe di rumah, di Malang, mama menyambutku dengan suka cita. Mama sudah mengisi kulkas dengan beberapa box jus mangga. Memasak sayur sop kebanggaannya yang memang sangat aku sukai, semur ayam, hingga membuat puding mangga kesukaanku.

Anehnya, aku sama sekali tidak menyukai jus mangga lagi. Mungkin pengaruh kehamilanku. Mama sampe heran karena hingga sore hari box jus mangga masih utuh di kulkas.

Mama sempat menegurku. Mengatakan jika wajahku pucat dan selera makanku tidak seperti biasa.

Aku menjawabnya dengan mengatakan kalau aku memang sedang capek aja.

Mbak Cheryl datang saat makan malam dan aku membujuknya untuk menginap malam ini menemaniku.

Dia setuju meski Mas Abe terlihat tidak rela.

Aku berniat mengatakan tentang kehamilanku pada Mbak Cheryl sebelum mengatakan pada Ayah dan Mama.

*

Aku menatap Mbak Cheryl yang lagi berbicara dengan Mas Abe di telpon. Mas Abe baru saja pulang dari sini dan mereka sudah telponan lagi.

Begitukah pasangan suami istri yang saling mencintai jika mereka berpisah? Bahkan baru beberapa jam?

Aku tertawa hambar.

Aku mungkin takkan merasakannya seumur hidupku.

Siapa yang akan mencintai perempuan beranak satu diluar nikah?

Mbak Cheryl menatapku, mengangkat kedua alisnya bertanya padaku namun aku menggeleng pelan.

Beberapa saat kemudian, Mbak Cheryl meletakkan ponselnya di nakas lalu duduk di kasur menghadapku yang juga sedang duduk memegang novel yang sama sekali tidak aku baca.

"Ada apa?" tanya Mbak Cheryl lembut sambil menatapku.

"Mbak.." hanya itu yang dapat aku ucapkan.

Mbak Cheryl menarikku ke dalam pelukkannya karena aku hanya menatapnya sambil menahan tangisanku. Tangannya mengusap punggungku lembut membuatku merasa lebih tenang.

"Ceritain sama Mbak." ucapnya pelan ketika dia melepasku.

"Icha hamil, Mbak." ucapku pelan.

Mbak Cheryl seperti tidak menangkap kata-kataku. Dia terpaku beberapa saat hingga kemudian bersuara,

"Kalau begitu kamu harus segera menikah."

Aku menggeleng pelan.

"Ini anakku."

"Kenapa? Daniel tidak ingin bertanggung jawab?"

"Ini tidak ada hubungannya dengan Daniel."

"Kamu punya pria lain selain Daniel?" Mbak Cheryl terlihat lebih bingung dari sebelumnya.

Aku menggeleng.

"Dek, kamu tahu kamu tidak bisa hamil tanpa seorang pria kecuali kamu Maryam."

"Mbak, Icha gak pengen siapa-siapa bertanggung jawab. Ini tanggung jawab Icha sepenuhnya." Aku bersikeras.

"Kenapa?"

"Icha bisa menghidupi anak Icha sendiri."

"Mbak tahu kamu bisa. Tapi yang Mbak maksud bukan materi, Anissa. Kamu tahu itu." ucapnya menatapku tajam.

Aku diam dan menunduk. Aku tahu maksud Mbak Cheryl, tapi aku tidak ingin bersama Daniel.

Mbak Cheryl mendesah.

"Mbak telpon Ayah supaya kemari besok malam. Mama sama Ayah harus tahu. Kamu bisa mempertanggung jawabkan keputusanmu pada Mama sama Ayah?" tanya Mbak Cheryl. Aku mengangkat kepala menatapnya dengan mata yang kembali dipenuhi air mata.

DanissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang