Lee Jong Hyun (CN Blue) As Alexander Sanchez Guevera 💓
Kami mendarat di bandara international Ngurah Rai pukul lima sore, Pak Made menjemput kami di pintu kedatangan domestik. Menyambut dengan ramah dan membantu Daniel mendorong troli.
Kami menginap di Sanur dan berencana ke Ubud besok pagi. Ketika sampai di Sanur, Ibu Galih menyambut kami dengan suka cita, menyediakan jajanan khas Bali khusus untukku. Membuatku langsung melirik Daniel. Dia pasti membocorkan selera makanku yang menggila pada Ibu Galih.
"Mbak, ayo di makan, gak suka ya?" tegur Ibu karena aku belum menyentuh lupis buatannya. Padahal terakhir kali aku kesini, aku sangat menyukainya.
"Suka kok, Bu." jawabku.
Aku bukannnya gak suka. Tapi kepalaku sangat sakit melihat banyaknya orang di bandara Ngurah Rai tadi.
"Bu, kami ke kamar dulu, Nissa mungkin kecapean. Dia cepat lelah sekarang." ujar Daniel yang melihatku menahan sakit.
"Baik, Mas. Ibu bawain ke kamar ya."
"Makasih, Bu." jawab Daniel sambil membimbingku masuk ke kamarnya.
Aku langsung berbaring di kasur menutup mataku sekuat tenaga. Meski begitu air mataku masih saja lolos dan aku meringis kesakitan.
"Sayang? Apanya yang sakit?" tanya Daniel menunduk.
"Kepala." jawabku di sela tangisan tertahan.
Daniel naik ke tempat tidur dan duduk di belakangku, mulai memijit tengkukku dengan pelan. Mengurut pundak, pelipis dan kepalaku selama hampir setengah jam, membuatku merasa lebih baik.
"Sayang, jangan tidur. Magrib." ucap Daniel.
Aku berusaha membuka mataku, kepalaku sudah tidak begitu sakit, namun aku menjadi ngantuk.
Wajah Daniel mendekat dan mulai menciumiku.
"Aku bilang jangan tidur." ucapnya di sela kecupan ringan di pipiku.
"Gak." jawabku berusaha membuka mata meski berat.
"Bohong."
"Gak." kilahku di sela tawa.
"Matanya di buka."
"Kamu nyium aku!" protesku. Bagaimana bisa mataku terbuka jika dia menciumiku?
Sekarang Daniel yang tertawa.
"Ayo, bangun. Gak boleh tidur magrib, Cha." tegur Daniel lagi.
Aku membuka mataku dan mendapati Daniel sedang tersenyum jenaka.
Aku ikut tersenyum, bangkit dari tiduranku dan melirik nakas tempat Ibu Galih menyimpan nampan berisi kue dan teh.
"Minum teh dulu, aku mau wudhu."
Aku mengangguk dan meraih cangkir teh yang sudah dingin. Menyesapnya dan mengambil sendok dan menyuapi lupis ke mulutku. Rasanya enak.
Daniel shalat di kamar dan mengaji sebentar setelah shalatnya berakhir. Aku menunggunya dengan bermain game di ponselku.
Setelah shalat dan ngaji, Daniel mendekat dan ikut berbaring di sampingku.
Ponsel Daniel yang berada di nakas berdering. Aku mengambil dan menyerahkannya pada Daniel.
"Hallo?"
"..."
"Kami sudah di Sanur. Abang dimana?"
"..."
"Ya udah. Pindahin aja sekalian ke Denpasar."
"..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Danissa
RomanceGue Daniel Alfin Notonegoro. Gue punya segalanya. Semua cewek yang gue suka pasti suka juga sama gue kecuali satu orang, Annissa Larasati Dunn! Daniel Alfin Notonegoro, aku sebenarnya takut sama dia, oke, aku hanya takut pada matanya, mata yang bahk...