15. Danissa ~ Lamaran bodoh

10.3K 557 5
                                    

Anissa Pov

"Anissa.."

Aku berbalik dan mendapati Kak Rama berdiri di belakangku.

"Kak?" sapaku. Dia tersenyum ramah dan mendekat.

Aku menatapnya lekat. Sudah lama aku tidak melihatnya. Terakhir kali bertemu, Kak Rama memperingatiku tentang Daniel. Tapi justru karena peringatannyalah yang membawaku lebih dekat dengan Daniel.

Penampilan Kak Rama jauh lebih dewasa dan rapi. Kemeja biru muda yang digulung hingga ke siku, jeans navy blue yang menempel di badannya membuatnya terlihat tampan. Rambutnya rapi, wajahnya terlihat sangat senang.

"Boleh Kakak duduk?" tanyanya ketika sudah berdiri di dekat mejaku. Aku membalas senyumannya dan mengangguk pelan.

"Hmm.. Boleh."

Aku lagi nunggu Tari di Cafe ini, Gilang dan Daniel sedang latihan. Akan ada kompetisi basket antar kampus sepulau Jawa yang akan mereka ikuti sekitar dua bulan lagi. Makanya aku dan Tari jadi sering berdua jalan bareng, karena Gilang dan Daniel sekarang lebih sering latihan daripada bersama kami. Aku dan Tari kadang datang melihat mereka latihan, tapi lebih seringnya kami jalan atau sekedar nongkrong berdua. Karena sejak Tari dan Gilang bersama serta aku dan Daniel mulai lebih dekat, kami jarang mendapat 'girls time' kami.

"Apa kabar kamu?" tanya Kak Rama begitu duduk di depanku.

"Baik. Kakak gimana?"

"Baik juga, Cha. Thanks."

Seorang pria muda datang menerima pesanan kami, aku kebetulan baru saja sampai dan belum sempat memesan apapun. Aku berencana menunggu hingga Tari sampai, namun Tari tadi mengirim pesan jika akan terlambat karena harus mengopy tugas kuliah dari temannya, jadi aku memesan Caramel Frappe dan Kak Rama memesan Espresso.

"Kakak kok bisa ada di Bandung? Gak kerja?" tanyaku ketika pria muda itu pergi setelah aku menolak memesan dessert demi menunggu Tari.

"Kakak lagi cuti. Syukurlah sekarang kamu sendiri. Biasanya sama Daniel terus kan?"

Aku mengangguk tak kentara.

Dia di Jakarta tapi tahu aku sama Daniel terus? Apa dia memata-mataiku seperti katanya dulu?

"Dia lagi latihan."

"Cha. Kamu serius sama Daniel?" tanyanya langsung sukses mengagetkan aku.

"Maksud Kakak?" keningku berkerut tak mengerti.

"Kamu tahu, orang tua Kakak ingin Kakak segera menikah. Bagaimana jika Kakak melamarmu?"

"Astaga! Apa yang Kakak bicarakan?" tanyaku panik.

"Kakak sayang sama kamu, Anissa. Kamu tahu itu. Sejak dulu."

"Gak. Nissa gak tahu Kak." balasku cepat. Dia sangat aneh!

"Oke. Sekarang Kakak kasitau ke kamu kalau Kakak sayang sama kamu. Kakak pengen kamu jadi istri Kakak."

"Kak aku sudah bersama Daniel. Aku sayangnya sama Daniel." tegasku.

"Bagi Kakak itu gak masalah, asal kamu mau menerima lamaran Kakak. Kakak akan buat kamu sayang sama Kakak."

Mataku membesar, mulutku terbuka lebar dengan sempurna. Aku tahu tampangku pasti aneh terlihat, tapi siapa yang peduli?

"Kakak jangan ngomong sembarangan!" ucapku setelah kesadaranku kembali.

"Kakak serius, Anissa. Memang Kakak gak sekaya Daniel Notonegoro. Tapi Kakak akan berusaha buat kamu bahagia." Kak Rama menatapku dengan serius.

DanissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang