5. Danissa - Who are you?

14.2K 760 6
                                    

Nissa Pov

Setelah Daniel ngilang selama sebulan, dia balik lagi ngelakuin rutinitasnya, gangguin aku.

Ada rasa lega yang hadir ketika melihatnya kembali. Rasa rindu -atau mungkin karena terbiasa dengan kehadirannya dimana-mana dan kemudian menghilang tanpa bekas, bikin aku ingin menyerah. Ingin berteriak bahwa aku kangen. Pada tawa, senyuman, celetukan gak masuk akal dari dia. Pada semua yang ada padanya.

Waktu aku liat dia di kantin, ada perasaan marah dan kangen bercampur menjadi satu. Gilanya, si Daniel dengan santainya ngomong kalo dia kangen sama aku.

Aku pengen banget ngejambak rambutnya, nendang tulang keringnya atau bahkan selangkangannya sekalian. Enak aja, dia ngilang gitu aja tanpa kabar setelah nembak aku, sekarang dengan tanpa dosanya ngaku kangen.

Tapi setelah tahu alasannya, aku senang. Karena jika tidak, aku juga gak tahu kalo aku bisa kangen sama dia.

Sudah beberapa hari aku gak liat Daniel, dia hanya ngirim pesan-pesan gak jelas tiap harinya. Kadang hanya emoticon. Yang jelas tiap hari gitu. Kayak semalam dia sempet ngirim pesan di WA. Entah dia salah mencet atau apa. Isinya cuma titik koma (;).

Aku sudah gak heran sama kelakuan aneh Daniel jadi aku cuma read trus cuekin. Aku lagi baca novel soalnya.

Tari gak ada kelas hari ini, Daniel juga gak keliatan di kampus. Pas mau ke parkiran ketemu Kak Rama.

Sekarang, aku duduk di hadapan Kak Rama di sebuah cafe dekat kampus.

Dia yang ngajak, katanya mau ngomong penting. Aku sebenarnya males tapi akhirnya ikut aja, anak-anak sudah mulai menatap kami heran karena sikap Kak Rama yang sedikit maksa.

"Gimana kuliah kamu?" Kak Rama mulai berbasa-basi.

"Baik, Kak. Kakak ngapain di kampus?" tanyaku, karena setauku dia sudah lulus dan kerja di salah satu bank swasta di Jakarta. Ini weekdays, apa dia gak kerja?

"Kakak ada perlu sedikit sama Pak Wira."

"Oh.."

"Sekalian mau ketemu kamu," tambahnya. Dia tersenyum. Aku membalas senyumannya.

Kak Rama dulu sangat dekat denganku pada awal kuliah, kami sering belajar bareng hingga satu saat dia nembak aku. Padahal sebelumnya aku tanpa sengaja melihatnya di sebuah cafe bersama cewek. Mesra.

Aku gak cemburu. Karena pada dasarnya aku memang gak punya perasaan lebih terhadapnya, ya aku tolak dengan baik. Dia malah langsung menjauh.
Ya, aku melanjutkan hidup dong. Kalau dia gak bisa terima kenyataan bahwa aku gak punya perasaan terhadapnya, aku gak bisa berbuat apa-apa selain berharap dia bisa mengatasi perasaannya seiring berjalannya waktu.

Seorang pelayan datang membawa segelas grentea latte dan kopi hitam untuk Kak Rama.

Aku langsung menyesap greenteaku.

"Kamu lagi deket sama Daniel Notonegoro?" tembaknya langsung.

Aku memicingkan mata menatapnya, gak berniat menjawab. Ngapain dia mau tau urusan aku?

"Kamu tahu kalo bocah itu ikut program akselerasi? Dari Sekolah dasar hingga SMP. SMA dia seperti siswa lainnya. Bahkan terkenal bandel. Kamu gak tahu?" cecarnya.

Aku menggeleng pelan. Tanpa sadar tentunya. Aku gak pengen Kak Rama mencampuri urusanku dengan Daniel.

"Aku heran kenapa dia malah ngabisin waktu di SMA dan sekarang kuliahnya berantakan."

"Kak Rama kok tahu banget tentang Daniel?" tanyaku gak bisa menahan rasa penasaran.

"Dia adik kelas kakak di Jakarta. Mending kamu jauhin dia deh, Cha. Dia bukan cowok baik. Kamu tahu sendiri dia gonta-ganti cewek hampir tiap hari."

DanissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang