34. Daniel ~ Manja

7.4K 399 0
                                    




Badan Nissa masih terasa hangat yang membuat gue batalin wisata kami hari ini, meski dia memaksa ingin jalan, gue gak mau ambil resiko tetep jalan meski dia sakit. Akhirnya kami checkout dari hotel jam sembilan pagi dan langsung balik ke Malang.

Gue melirik Nissa yang sedari tadi hanya diem dan bersandar di kursi penumpang.

"Sayang? Mau istirahat sebentar?" tanya gue.

"Langsung ke rumah aja," jawabnya pelan dengan mata tertutup.

"Kita beli penurun panas yang ditempel di kening dulu ya? Kamu gak mau ke dokter kan?" bujuk gue kembali meliriknya.

"Hm."

Gue kembali berkonsentrasi menyetir.

Untung saja jalanan tidak terlalu macet hingga kami bisa mencapai kota Malang dalam tiga puluh menit.

Ketika memasuki daerah kota, gue mulai perhatikan jalanan, mencari apotik yang buka.

"Sayang?" panggil gue ketika memarkir mobil di depan apotik.

Nissa membuka matanya,

"Aku ke apotik dulu sebentar."

"Kamu cepet banget masuk kota?" tanyanya ketika menyadari keadaan sekitar.

"Gak papa aku tinggal?" tanya gue menganaikan pertanyaannya.

Nissa mengangguk. Gue turun dan bergegas masuk ke apotik.

Ketika kembali, Nissa sudah terduduk lurus dan menyandar ke samping menghadap ke gue.

"Kenapa bangun? Tidur lagi.."

Dia menggeleng.

"Dingin."

Gue menangkup wajahnya dengan kedua tangan gue dan merasakan kulit wajahnya yang hangat, wajah Nissa juga memerah.

"Makin panas," ujar gue.

"Jalan pintas ada gak biar bisa cepet sampe rumah?" tanya gue.

"Jalan aja terus nanti aku tunjukin," jawabnya pelan.

Kami sudah di depan rumah Nissa dalam sepuluh menit. Gue bergegas menuntunnya masuk ke dalam. Tante Sofia heran melihat kami namun tidak banyak bertanya ketika gue bilang Nissa demam.

Nissa berbaring di tempat tidur dan menutup matanya. Penurun panas sudah gue tempelin di keningnya sejak tadi, namun panasnya tetap tidak berubah turun.

"Dia mungkin kecapean. Bantuin Mbaknya seminggu, trus kalian jalan lagi," ujar Tante Sofia yang berdiri di samping tempat tidur.

"Dia hanya butuh istirahat. Kamu jangan khawatir," sambung Tante Sofia melihat gue yang sedari tadi menghela nafas.

Gue mengangguk pelan dan menatap Nissa yang bernafas melalui mulutnya.

"Kamu sudah sarapan, Niel?"

"Sudah Tant."

"Mau Tante buatin teh atau kopi?"

"Kopi, Tant. Terima kasih."

"Baiklah."

Tante Sofia keluar dari kamar dan kembali setelah beberapa saat dengan secangkir kopi.

"Tante masakin sup buat Nissa ya. Kamu gak papa jagain Nissa dulu? Atau mau istirahat di hotel?"

"Daniel jagain Nissa aja, Tant."

"Baiklah, Tante tinggal ya."

"Iya Tant."

DanissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang