Sehun masuk dengan kepalan tangan yang menampakan urat-uratnya. Wajah yang memerah dan juga gigi yang bergemeletuk marah.
"Sehun kami bisa jelaskan."
"Siapkan surat tuntutan dan batalkan kontrak kerja sama dengan dua perusahaan terkutuk ini." Titah Sehun dengan suara tenangnya. Tapi percayalah, ketenangan dalam nada suara Sehun ketika dia marah itu lebih berbahaya dari amukan singa hutan sekalipun, lebih beracun dari ular berbisa dan bahkan lebih mematikan dari pada piranha.
"Sehun. Kami mohon dengarkan kami dulu. Kau salah paham." Mereka, Tuan Lee dan Tuan Bae, ayah dari Eunji dan Irene. Mendekati Sehun dengan tangan terkepal di depan dada mereka. Wajah pusat pasi memohon belas kasihan.
Sehun hanya berdecih pelan. Memastikan bahwa ia tidak mengamuk saat ini, yang berkemungkinan akan menghancurkan Universitas ternama ini.
"Salah paham apa huh?" Desis Sehun. Menatap tajam dua pria tua yang mungkin sudah sejajar dengan ayahnya, Siwon.
"Ini tidak seperti yang kau deng-"
"Tidak seperti yang aku dengar?" Sela Sehun. "Pastikan dia tidak diterima di Universitas manapun dan pastikan suaminya berlutut padaku. Apa itu yang kau maksud?" Tanya Sehun, tetap pada posisi dan nada suara tenangnya.
"Sehun. Kau tidak bisa memasukan urusan pribadi pada urusan kerja sama kantor Sehun." Tuan Lee tetap pada mempertahan usahanya, dan juga kelangsungan hidup putrinya.
"Urusan pribadi? Aku tau politik macam apa yang kau lakukan dengan beberapa Manager perusahaanku di belakangku, dan jika yang kau maksud urusan pribadi adalah kau memblack list istriku karena aku menolak anakmu. Mungkin itu ia." Jelas Sehun. Menatap nyalang pada mata pria tua di depannya ini.
"Sehum aku mohon ampuni aku. Kasihan keluarga." Mohon Tuan Bae.
"Kau meminta belas kasihanku sedangkan kau sendiri tidak mengasihani istriku. Aku bukan malaikat tanpa sayap Tuan Bae." Sinis Sehun. Memutar balik tubuhnya lalu hendak berjalan keluar ruangan sebelum-
"Ah satu lagi. Jangan harap bisa lari karena aku mengawasi kalian." Peringat Sehun, masih dengan wajah datar dan suara tenangnya.
Sehun berlalu kali ini. Benar-benar berlalu, berjalan cepat menuju parkiran lalu melirik sekilas pada Suho dan Lay, orang kepercayaannya.
"Katakan pada semuanya bahwa kita rapat hari ini juga! Aku sudah cukup sabar dengan semua ini." Perintah Sehun. Berjalan hendak memasuki mobilnya sebelum-
Grep.
Seseorang mencengkram lengannya. Membuat Sehun menoleh lalu mendapati pemandangan semua jajaran dan pemilik Universitas yang tadi ada di ruangan kini tengah tertunduk padanya.
"Maafkan kami Tuan Oh." Pinta pemilik Universitas, Sehun tidak terlalu ingat namanya karena ia memang tidak terlalu peduli.
"Maaf karena kami telah membuat istri anda tidak diterima disini." Mohonnya lagi.
Sehun menghela nafas kecil, melepaskan pegangan pada tangannya lalu tersenyum tipis. "Tak apa. Aku bisa meminta istriku untuk ikut ujian di Universitas lain." Jawab Sehun, tak ingin memperpanjang masalah dengan tingkah kekanakan yang membuatnya mengamuk di sini.
"Tidak perlu Tuan Oh. Kami sendiri yang akan langsung meminta pada istri anda agar kuliah disini."
"Ah tidak perlu." Tolak Sehun halus.
"Tidak Tuan Oh. Ini sebagai permohonan maaf kami dan juga istri anda memang sudah sepantasnya kuliah di sini. Nyonya Oh menjadi peserta dengan nilai paling tinggi pada saat ujian masuk kemarin. Disusul oleh empat temannya." Jelas sang pemilik panjang lebar. Membuat Sehun mau tidak mau tersenyum, setidaknya usahanya tidak sia-sia mengajari empat ubur-ubur itu. Dan juga si manusia Hitam, Kai. Meski Kai tidak atau bukan menjadi murid dadakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher My Husband : My [CEO] Husband
FanfictionKelanjutan dari kisah hidup Nyonya Oh yang terhormat, Oh Suzy. Sequel dari My Teacher My Husband. . . "Harvard? Oxford? Atau tetap di korea?" -Sehun. "Tetap korea." -Suzy. "Kenapa?" -Sehun. "Kau bisa saja mencari istri baru kalau begitu."