Suzy terbangun dari tidurnya, mengerjapkan mata bening dengan manik sekelam malam itu. Hal pertama yang ia lihat adalah.. dada bidang Sehun.
Suzy sempat heran, tapi bayangan kegiatan mereka tadi malam membuatnya bersemu parah. Oh tidak!
Suzy menggeliat pelan. Melirik jam pada meja nakasnya lalu mendesah lelah. "Ini masih pukul dua." Gumam Suzy. Mengeratkan pelukannya pada pinggang Sehun lalu menelusupkan kembali kepalanya pada dada bidang Sehun.
Bukannya tidur nyenyak, ia malah sibuk menggeliat tak karuan dalam pelukan Sehun. Bagai ulat bulu kepanasan.
"Terbangun?" Tanya Sehun dengan suara seraknya yang begitu, yah.. seksi.
Suzy mendongak, menatap mata Sehun lalu menangguk. Entah kenapa ia kembali tersipu malu saat melihat bagaimana berantakannya rambut Sehun. Ya tuhan! Dia benar-benar seksi. Suzy membatin takjub. "Aku mengganggumu?" Tanya Suzy kemudian. Merasa bersalah.
"Bagaimana aku bisa terbangun jika aku tidak tidur?" Sehun kembali bertanya. Mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping Suzy. "Tidurlah. Masih sangat lama hingga jam enam pagi." Ujar Sehun. Menyingkirkan helaian rambut Suzy yang menghalangi mata bening itu.
"Aku tidak bisa." Bisik Suzy.
Alis Sehun bertaut heran, apa yang tidak bisa? Sungguh Sehun tak tau. "Kenapa?"
"Itu milikmu keluarkan. Sakit." Ringis Suzy. Menenggelamkan kepalanya dalam Selimut karena malu. Sungguh sangat malu.
"Itu apa?" Sehun masih saja pada mode bodohnya. Mengeryit heran tak mengerti.
"ITU Sehun. Itu! Mm.. yang.. emm.. itu!!" Suzy geram sendiri. Tidak mungkin ia menyebutnya langsung. Mau di taruh dimana wajahnya?
"Aaa.. aku tau." Ujar Sehun kemudian. Mengangkat sedikit tubuhnya lalu terkekeh geli melihat Suzy saat ini. Melebihi kepiting rebus. Sungguh.
"Kenapa tak bilang langsung?" Tanya Sehun.
"Pria tak akan mengerti!" Dengus Suzy.
"Maaf dan terima kasih." Bisik Sehun. Mengusap sebelah pipi Suzy yang hanya mengerutkan alisnya tak mengerti.
"Untuk ap- aaa,, tidak tidak. Seharusnya aku yang meminta maaf Sehun. Selama ini aku belum menjadi istri yang baik untukmu. Dan terima kasih karena sudah menungguku." Suzy menjelaskan panjang lebar, tersenyum tipis dan mengalihkan tatapannya kemana saja agar tak bertemu pandang dengan mata elang Sehun.
"Sama-sama kalau begitu." Ujar Sehun, mencium pipi Suzy yang hanya bisa memerah saat ini.
"Sehun. Apa kau bisa tidur?" Tanya Suzy.
"Entahlah. Aku rasa tidak, kenapa?" Setelah menjawab pertanyaan, Sehun malah memberi pertanyaan lagi.
"Aku tidak bisa tidur." Adu Suzy.
"Ingin jalan-jalan?" Tawar Sehun.
"Pagi-pagi begini?" Tanya Suzy, anggukan Sehun berikan. Tanpa pikir panjang, Suzy langsung bangkit dari posisi tidurnya, hendak berdiri namun..
"Ssh.. akh." Ringisnya pelan dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Sakit?"
"Tidak, aku bisa menahannya." Tersenyum lemah, Suzy tau jika dia bilang tidak, maka rencana jalan-jalan pagi butanya akan tinggal kenangan saja. Kan tidak lucu.
"Kau yakin? Kita bisa men-"
"Aku baik-baik saja Sehun. Kita jadi pergi? Ayolah." Bujuk Suzy.
**
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher My Husband : My [CEO] Husband
FanficKelanjutan dari kisah hidup Nyonya Oh yang terhormat, Oh Suzy. Sequel dari My Teacher My Husband. . . "Harvard? Oxford? Atau tetap di korea?" -Sehun. "Tetap korea." -Suzy. "Kenapa?" -Sehun. "Kau bisa saja mencari istri baru kalau begitu."