Ch. 46

16K 1.2K 69
                                    

Sehun masih bergelut dengan dokumen-dokumen yang bertumpuk tinggi di ujung mejanya. Ia tak mungkin lagi meninggalkan tugasnya dan membuat para karyawannya resah dengan kinerja sang presdir yang kacau akhir-akhir ini.

Melirik sekilas pada pergelangan tangan kirinya, tepat pada jam tangan mahal yang selalu menghiasi tangannya itu.

Sepuluh empat puluh.

Tak masalah, hanya tinggal beberapa dokumen lagi yang harus ia tanda tangani dan setelah itu dia bisa pulang. Tidur nyenyak di atas ranjang empuknya. Memikirkan itu saja Sehun sudah mengukir senyum tipis pada bibir yang sama tipisnya itu.

"Presdir? Anda tidak pulang?"

"Aku baru akan pulang."

Menyambar jas mahalnya dan berlalu pergi begitu saja dari hadapan sang wakil direktur itu. Sehun tentu tau bagaimana kinerja laki-laki tua itu. Dia hanya akan bekerja jika ada Sehun, istilah lainnya cari muka.

"Ah, kenapa Anda belum pulang?" Tanya Sehun basa-basi. Tentu saja setelah Presdir muda itu membalikan badannya.

"Saya harus memeriksa beberapa berkas lagi Presdir." Jawabnya sopan.

"Ah begitu, cepat selesaikan dan jangan hanya bekerja jika ada aku yang akan memperhatikanmu. Bukannya kebiasaanmu hanya bermain bersama wanita dan menyerahkan tugasmu pada bawahan lain?" Tembak Sehun. sehun tak suka berbelit-belit. Langsung ke inti itu lebih baik. Mempersingkat waktu dan energi.

"Anda salah pah-"

"Ini peringatan pertama dan terakhir untukmu." Sela Sehun sebelum berlalu dengan gaya arogannya yang tak akan pernah menghilang itu.

**

Lagi.

Rasanya Sehun ingin mengumpat keras dan membanting apa pun yang ada di dekatnya. Jam tangannya sudah menunjukan pukul sebelas empat lima dan tak ada tanda-tanda istrinya di sana.

Kesabaran Sehun habis.

Duduk di sofa dengan raut wajah dan aura mematikan setelah mematikan lampu. Membuat semua rumahnya benar-benar gelap. Tanpa cahaya sedikit pun, bahkan cahaya layar ponselnya pun Sehun tak mengizinkannya.

Meredam emosi dengan mengepal kuat kedua tangannya hingga ia yakin, kuku-kukunya sudah menancap sempurna pada telapak tangan pucatnya itu. Beberapa mungkin sudah berdarah.

Sehun tidak tau kenapa. Entah selama ini ia terlalu lunak pada Suzy entah karena Suzy sendiri yang sudah mulai bosan, atau memang sudah melupakan tugas dan statusnya yang merupakan seorang istri. Sehun tak mengerti kenapa ini bisa terjadi.

Memejamkan mata, mengatur nafas, dan membuka manik sekelam malam dan mata setajam pisau miliknya itu.

Sehun sudah benar-benar berada dalam batas kesabaran miliknya. Batas paling akhir, paling luar, dan paling sabar yang pernah dia lakukan.

Lama menunggu hingga Sehun tak sadar bahwa ia bahkan belum melonggarkan dasi yang mencekik leher jenjangnya, melepas jas, bahkan membuka sepatu kulit mahalnya. Terlalu sibuk dengan pemikirannya hingga ia melupakan itu semua.

**

Ceklek.

Ctak.

Lampu menyala terang. Membuat Suzy menyandarkan tubuhnya sebentar pada pintu. Menarik nafas panjang dan membalik badan. Hendak menuju dapur sebelum sebuah suara membuat tubuhnya menegang.

My Teacher My Husband : My [CEO] HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang